ACEH BUTUH PEMIMPIN YANG BERJIWA BESAR
Pemimpin yang sesungguhnya adalah
pemimpin yang berjiwa besar, berani mengorbankan kepentingan pribadi dan
kelompok demi kemashlahatan rakyat yang lebih luas, sebaliknya penguasa adalah
"pemimpi" yang dengan begitu angkuh dan pongah mengorbankan rakyat
demi kepentingan pribadi dan kelompoknya.
Tidak banyak pemimpin yang berjiwa
besar di dunia ini yang banyak malah penguasa yang dengan ambisius menghalalkan
segala cara demi kepentingan pribadi dan kelompoknya dengan begitu tega
menggagahi dan memperkosa kepentingan ummat, mereka acuh dengan keluhan rakyat,
mereka menutup mata atas penderitaan rakyat, mereka hanya fokus pada keinginan
dan birahinya untuk terlihat menjadi yang paling qarun (kaya) dan yang
paling fir'un (kuasa).
Di antara sedikit yang bisa menjadi
contoh pemimpin yang berjiwa besar di tengah pusaran dunia yang hiper kapitalis
dan hedonis sekarang adalah Alex Salmond yang merupakan pemimpin
Scotlandia yang dengan penuh kerelaan dan tanggung jawab mengundurkan diri
setelah "merasa" gagal mewujudkan harapan rakyatnya, ia dengan tidak
terpaksa merelakan kekuasaan atau jabatannya berpindah tangan kepada orang lain
karena merasa tidak mampu memberikan yang terbaik kepada rakyatnya.
(Alex Salmond)
Selain Alex Salmond yang
berada di Eropa yang memang dikenal dengan rakyatnya yang sudah mumpuni dan
merdeka dalam berfikir, di kawasan yang tidak jauh dengan Aceh dan pernah memiliki
nasib serupa dengan Aceh tepatnya di Timor Leste ada nama Xanana Gusmao
yang dengan penuh tanggung jawab dan dengan jiwa besarnya rela mengundurkan
diri dari jabatannya sebagai PM Timor Leste, mereka tidak pernah khawatir
kehilangan "Tampok" kekuasaan dan "Tumpok"
kekayaan karena sesungguhnya perjuangan mereka benar-benar demi rakyat, bukan
hanya sebatas kata atau bukan hanya mengatasnamakan rakyat untuk kepentingan
pribadi dan kelompoknya, namun mereka benar-benar ingin berbuat untuk
mensejahterakan dan memakmurkan bangsanya.
Dalam sebuah kesempatan kepada AFP
Xanana Gusmao (kanan) berbincang dengan Rui Araujo, yang saat foto ini diambil
masih menjabat menteri kesehatan, di kantor perdana menteri Dili. Setelah
Xanana mengundurkan diri, Rui Araujo diangkat menjadi perdana menteri baru.
Minggu, 17 Mei 2015, Mantan Perdana Menteri Timor Leste Xanana Gusmao
mengungkap alasan mengapa dirinya mundur dari jabatan sebagai
perdana menteri. Xanana mengatakan bahwa "Generasi tua berfikir bahwa kita
lebih baik memberi pendapat saja. Lebih baik kita ini mempersiapkan generasi
baru yang baik untuk masa depan," ujar Xanana.
Lebih lanjut pria yang pernah tujuh
tahun menjadi tahanan politik di Indonesia itu mengatakan sosok penggantinya
pada jabatan tersebut juga memiliki visi dan misi bangsa yang dipercaya mampu
membawa Timor Leste bangun dari keterpurukannya selama ini.
"Negara Indonesia dibilang
masih muda, 70 tahun. Kami berarti masih baby, baru 13 tahun. Visi misi yang
dibawa pengganti saya lebih real," ujar dia. Sebelumnya diketahui, Xanana
mundur sebagai perdana menteri Timor Leste 9 Februari 2015. Posisi Xanana
digantikan mantan menteri kesehatan Timor Leste Rui Maria de Araujo yang
ditunjuk oleh presidennya sendiri Taur Matan Ruak. Araujo sendiri merupakan
anggota dari partai oposisi.
Dari apa yang dilakukan Alex Salmond
dari Scotland dan Xanana di Timor Leste tergambar dengan jelas bahwa mereka
berjuang dan merebut kekuasaan demi memajukan bangsanya bukan demi memuaskan
nafsu birahinya dan kelompoknya, sehingga ketika terlihat atau merasa gagal ia
dengan penuh tanggung jawan merelekan jabatannya berpindah kepada orang lain
yang dirasa lebih mampu dan lebih kompeten, sehingga tujuan memajukan bangsanya
tetap terwujud meski jabatannya hilang dan berpindah tangan karena baginya
kekuasaan tidak akan berarti jika bangsanya hidup menderita dan terpuruk.
Whell…Bagaimana dengan Aceh?
Adakah penguasa di Aceh memiliki
cara pandang yang sama dalam melihat kekuasaan? Apakah kekuasaan atau
kemakmuran dan kemajuan bangsanya yang menjadi tujuan perjuangan? Adalah sebuah
keniscayaan ketika seseorang melihat kekuasaan hanya sebagai cara untuk
mewujudkan kemakmuran akan senantiasa berjiwa besar dan dengan penuh kerelaan
memberikan ruang kepada orang lain yang dinilai lebih mumpuni dan berkompeten
membawa bangsanya ke arah yang lebih maju sesuai dengan apa yang disuarakan
ketika masih di medan perang hingga ke panggung kampanye politik sesaat sebelum
pemilu, tidak perduli apakan ia yang akan melanjutkan upayanya memajukan bangsa
berasal dari kelompoknya atau bahkan dari golongan oposisi sekalipun
sebagaimana yang ditunjukkan oleh Alex Salmond dan Xanana Gusmao di negaranya
masing-masing.
Sementara sebaliknya jika seseorang
melihat kekuasaan sebagai tujuan atau setidaknya kekuasaan jauh lebih penting
dari kemakmuran bangsanya maka ia akan mati-matian mempertahankan kekuasaannya
dengan tidak memperdulikan nasib bangsanya apakah maju atau bahkan semakin
terpuruk dibawah kekuasaannya, baginya yang terpenting adalah kekuasaan tetap
di tangannya atau di tangan kelompoknya, yang pada akhirnya akan melahirkan
arogansi dan keangkuhan dengan merasa dirinya paling berhak dan paling mampu
meski nyata-nyata terlihat gagal memajukan bangsanya, berbagai dalih digunakan,
berbagai cara dipraktikkan, yang penting kekuasaan tetap berada di
genggamannya.
Yang penting guwe senang, Elo
terserah.
Semoga Aceh juga memiliki pemimpin
yang berjiwa besar layaknya Alex Salmond dan Xanana Gusmao, sehingga Aceh bisa
bergerak lebih cepat untuk keluar dari keterpurukan dan mengejar ketertinggalan
dari bangsa lain di dunia.
SEMOGA...
ARTIKEL TERKAIT: