MAKASSAR
BISA MENAKLUKKAN INDONESIA, KENAPA ACEH TIDAK?
Makassar
menaklukkan Indonesia setelah beralih dari Perang Otot (Senjata) ke Perang Otak
(ilmu pengetahuan).
Pada
tahun 50-an Makassar (Bugis) seperti juga Aceh memilih angkat senjata untuk
melawan Indonesia karena merasa diperlakukan tidak adil oleh Pusat (Indonesia),
Namun perang yang dilakukan oleh orang Aceh jauh lebih lama dan panjang
dibandingkan perang yang "mau" dilakukan Makassar, setelah melalui
berbagai pertimbangan para tokoh Makassar berkesimpulan bahwa "Perang
sudah pasti membawa kemudharatan namun tidak menjamin kemajuan" lantas
mereka memutuskan berbalik haluan dengan tidak lagi melawan Jakarta dengan Otot
(senjata) Namun mereka lebih memilih untuk mengandalkan Otak untuk merebut
Jakarta, hentikan perang, didik generasi muda dengan pendidikan yang berkualitas,
kirim orang-orang potensial untuk membawa "Panji" Makassar untuk
ditancapkan di Jakarta.
Demikianlah
cara Makassar menaklukkan Indonesia, kita bisa lihat kemudian putra-putra
terbaik Makassar berhasil mengukuhkan diri di barisan terdepan orang-orang
berpengaruh dan bisa mempengaruhi Indonesia, bukan malah menjajah bangsa
Makssar sendiri (baca: Anak Cucunya di Makassar) namun mereka berhasil
menguasai Indonesia, muncullah nama-nama beken seperti:
Bj
Habibie (President Indoensia ke-3)
Jusuf
Kalla (Wakil President periode 2004-2009 dan 2014-2019)
Abraham
Samad (Mantan Ketua KPK yang
membuat koruptor panas dingin)
Mario
Teguh (Motivator dan Konsultan ulung)
Aktifis
Reformasi (Staff Ahli Presiden SBY)
Bahkan
tidak hanya di Indonesia orang berdarah Makassar juga mampu menguasai Malaysia
seperti Abdullah Ahmad Badawi - Perdana Menteri Malaysia yang Kelima.
Mengaca
dari kisah sukses Makassar (Bugis) sudah selayaknya kita berbesar hati untuk
sesegera mungkin mengubah target dari hanya memerdekakan Aceh dari
"jajahan" Indonesia seperti yang dikampanyekan dan dirasakan selama
ini menjadi menjajah dan menaklukkan Indonesia, sejujurnya Aceh bukan tidak
mampu, Aceh bukan tanpa modal, Aceh sebenarnya tidak kurang sesuatu apapun bila
dibandingkan dengan apa yang dimiliki Makassar akan tetapi orang Aceh
sepertinya belum mau memilih jalan yang sama dengan apa yang dilakukan Makassar
(Bugis), Aceh punya Surya Paloh (Tokoh Nasional) yang punya peran yang cukup besar dalam
menyukseskan Jokowi-Jk menjadi President dan Wapres Indonesia, Aceh punya Sofyan Djalil (Menko Perekonomian), ada nama Ferry Mursyidan Baldan yang sekarang berada satu Gerbong dengan Surya Paloh dan
Jusuf Kalla (Makassar), bahkan Aceh juga punya tokoh muda kelas Nasional
seperti Nezar Patria. Tinggal mau atau
tidaknya orang Aceh merubah cara mereka berjuang, merubah orientasi
perjuangannya dari sekedar memerdekakan bangsa sendiri untuk menjajah Indonesia?
Akankah?
Sudah
Cukupkah kita menderita karena perang otot (senjata)?
atau
Sudah sangat nyamankah kita dengan hanya menggagahi anak bangsa sendiri sesama
orang Aceh?
Mau
diapakan Aceh Ini?
Sudah
siapkah kita mempercayakan generasi muda yang punya kualitas SDM yang lebih
baik untuk lebih banyak berbicara daripada otot?
Sudah
saatnya kita mengedepankankan Otak bukan malah membanggakan Otot
"Bek
dale Peu Coet Bahoe sabe-sabe keudroe-droe, Habeh Meuhamboe Hana Ta Tutsoe Droe"
Jangan hanya bisa
gagah-gagahan dengan sesama anak bangsa sendiri, hingga akhirnya binasa tiada
guna!
PILIH OTAK ATAU OTOT KAWAN?
Artikel Terkait: