ASAP DAN KEKUFURAN KITA!
(RENUNGAN PAGI)
Asap?
Iya asap.
Asap telah mengajarkan bahwa selama ini kita hidup begitu njaman, dengan segala kemudahan yang Allah berikan, namun kita kadang kala tidak menjadarinja bahwa semua kemudahan dan kenjamanan itu harus disyukuri.
Apakah kita selama ini sudah mensyukuri itu?
Mungkin untuk menjadari pun tidak, bahkan ada sebahagian dari kita barangkali mengakui pun tidak bahwa kenjamanan dan kemudahan itu sebagai pemberian Allah.
Di mulut bisa jadi, di setiap pembukaan pembicaraan kita selalu atau seringkali kita mulai dengan kata puji syukur kepada Allah, namun apakah itu bukti syulur kita? Tidak.
Lantas bagamaina juga?
Syukur itu ketika kita memanfaatkan segala kemudahan untuk kebaikan, udara yang segar nan bersih bin sehat yang selama ini kita hirup yang membuat tubuh kita begitu kuat, berapa persen yang kita gunakan untuk kebaikan?
Jadi orang kaya? Sombong
Jadi orang miskin? Dengki
Jadi orang kuat? Menindas
Jadi orang lemah? Iri
Jadi penguasa? Mendhalimi
Jadi orang yang dipercaya? Menipu
Jadi orang yang Berjanji? Ingkar
Demi kekayaan kesehatan yang diberi kita gunakan untuk menipu
Demi kekuasaan kekuatan yang diberi kita gunakan untuk membunuh
Demi mewujudkan nafsu dan keinginan sementara kita kekuatan yang diberikan kita gunakan untuk mendhalimi.
Bukankah itu semua wujud kekufuran kita akan rahmat Allah?
Bukankah itu wujud ketidak syukuran kita akan rahmat Allah?
Bukankah itu wujud keangkuhan kita atas pemberian Allah?
Di berikan hutan yang luas? kita bakar.
Diberikah hutan yang hijau? kita tebang.
Diberikan pegunungan yang rimbun? kita gundulkan.
Untuk apa? Semuanja demi memuaskan nafsu syaithaniyyah kita, agar terlihat kaya, agar terlihat hebat, tanpa memperhitungkan bahwa akan ada orang lain yang akan terdhalimi dengan apa yang kita kerjakan.
Asap...
Iya asap, asap adalah bukti bahwa kita tidak berdaya sedikitpun di depan-Nja, baru oksigen gratis saja yang diambil kita jadi senaif ini, padahal selama ini kita begitu angkuh, begitu sombong, begitu kufur.
Asap...
Iya asap, asap juga menjadi pembuktian sekaligus ujian bagi hamba yang selama ini senantiasa bersyukur, adakah iya sanggup bersabar dan tetap ta'at dalam ucapan dan perbuatan serta berkeyakinan untuk tetap menjalankan perintah Allah? Memsyukuri rahmat-Nja? Bersabar atas ujian-Nja? Hanja orang-orang yang benar-benar ta'at, iklas dan sabar yang mampu.
Semoga dengan adanja asap ini bisa menjadarkan kita semua bahwa tidak selayaknja kita angkuh, pongah, sombong dan merasa sangat hebat, tapi sudah selayaknja kita mengakui bahwa kita lemah dan kita sudah seharusnja kembali memanfa'atkan sisa-sisa kekuatan kita untuk terus berbuat apa yang diperntahkan-Nja dan menjauhi larangan-Nja.
Allah menegaskan:
"La insyakartum la ziidannakum, wa la in kafartum, inna azaabi lasyadiid"
Semoga asap membuat kita menjadi hamba yang syukur, shabar, iklas dan taqwa.