Allahuakbar luar bisa, saluth itulah kata-kata yang pantas terucap ketika melihat orang Aceh berbondong bondong membantu Etnis Rohingya yang terdampar di laut bebas, ketika negara lain yang katanya sudah berdaulat menolak justru Aceh hadir dan mengulurkan tangan untuk membantu dan menunjukkan solidaritasnya untuk menyelamatkan kehidupan ratusan nyawa etnis Rohingya yang terusir dari tanah kelahirannya, saat Malaysia yang dikenal sudah mapan, Indonesia yang selalu bersuara ingin membela kemanusiaan, Singapura yang dikenal sebagai salah satu Negara ASEAN yang mengalami perkembangan paling pesat bahkan Thailand yang lebih dekat juga menolak kehadiran minoritas yang tertindas tersebut justru Aceh yang masih hidup morat marit, masih sangat jauh dari mapan dan sejahtera seakan dengan penuh cinta mengulurkan tangannya untuk dan atas nama kemanusiaan.
Tidak peduli aparat TNI (Indonesia) menolak, namun hati dan nurani orang Aceh telah menentukan jalannya sendiri untuk bergegas menyelamatkan kehidupan ratusan manusia lainnya, orang aceh yang sebelumnya sibuk bertikai dan saling menyalahkan antar sesama karena factor kesenjangan kesejetahteraan seakan tiba-tiba merasa “merdeka” dan sejahtera, sehingga jiwa solidaritasnya keluar tanpa harus diperintah, rakyat Aceh tanpa diarahkan dengan sendirinya bersatu, bahu membahu mengambil peran untuk membantu etnis Rohingya yang tertindas. Mata duniapun terbuka, Aceh yang sebelum ini hanya dilihat sebagai bangsa yang “sarat masalah” dan tidak layak dipandang sejajar dengan bangsa merdeka lainnya, tiba-tiba membuktikan bahwa Aceh jauh lebih merdeka dari negara-negara merdeka di belahan bumi manapun.
Betapa tidak? Di tengah jeratan masalah kemsikinan yang terus menghimpit kehidupannya sendiri, Aceh dengan begitu gagah dan semangat mengulurkan tangannya untuk orang lain yang jauh lebih menderita dari ketidak sejahteraan orang Aceh sendiri. Kenapa bisa demikian? Sebenarnya jika kita menilik pada sejarah panjang bangsa Aceh hal ini tidak perlu diherankan, karena Aceh selalu saja dan senantiasa menghadapi masalah demi masalah dalam perjalanan panjangnya, tidak sedikit orang Aceh yang pernah mengalami nasib serupa dengan orang Rohingya, di mana kehidupan mereka tidak “dihargai” hak hidup mereka di tanah airnya di "cabut" oleh penguasa negara, sebut saja semasa perang masih berkecamuk di Aceh yang membuat ribuan orang Aceh harus meninggalkan tanah airnya demi menyelamatkan hidup, bahkan nama-nama seperti Muzakkir Manaf, Zaini Abdullah hingga Malik Mahmud sekalipun yang paling berkuasa di Aceh hari ini pernah “dicabut” hak hidupnya di tanah Aceh, mereka harus mencari perlindungan ke negara dan tanah air orang, bahkan lebih lengkap lagi Aceh pernah belajar solidaritas dan cara memaknai dan menghargai kehidupan manusia ketika Aceh di hantam Tsunami pada 2004 silam, di mana tanpa diundang, tanpa mengenal sekat teritorial atau bahkan sekat agama sekalipun seluruh bangsa yang ada di penjuru dunia telah mengajarkan orang Aceh betapa “kehidupan" itu sangat bernilai, untuk menyelamatkan kehidupan orang, kita tidak harus mengetahui dulu bangsa mana? agama apa? warga negara apa? Hidup tetaplah hidup yang tidak bisa diganti dengan apapun, itulah yang pernah dialami dan dirasakan oleh orang Aceh dalam sejarah panjang penderitaannya, sehingga tidak perlu terkejut ketika nurani orang Aceh tidak dapat diIntervensi dengan kekuatan apapun untuk sebisa mungkin membantu Rohingya yang terancam kehidupannya.
DUA PEMILIK BINTANG BULAN BERGANDEGAN TANGAN
Whell…
Ternyata Aceh tidak sendirian, sebagaimana diberitakan situs Islamedia.com sebuah Lembaga Non Pemerintah atau Non-Governmental Organization (NGO) Asal Turki İnsani Yardım Vakfı (IHH) telah memberikan bantuanya terhadap para pengungsi Rohingya yang berada di Aceh. Melalui Page Facebook resminya senin (18/5/2015), IHH menampilkan foto relawan yang mengenakan rompi dengan logo IHH yang sedang memberikan makanan terhadap para pengungsi Rohingya. IHH menyebutkan bahwa telah menyalurkan makanan dan dukungan medis terhadap pengungsi Rohingya yang berada di Aceh, yang jumlahnya hampir 1000 orang.
Ntah kebetulan atau karena factor apa, yang jelas langkah baik Aceh yang ditentang banyak negara merdeka ternyata bisa menggugah Turkey untuk turut serta mengulurkan tangannya untuk bahu membahu dengan Aceh membantu etnis Rohingya, yang menarik di sini adalah adanya garis kesamaan yang sangat kental antara Turky dengan Aceh selain sama-sama mempunyai rasa solidaritas yang tinggi, Aceh dan turkey juga punya bendera yang sangat mirip yaitu BINTANG BULAN (Baca: BAGAIMANA SEHARUSNYA BINTANG BULAN DILIHAT), meskipun di mata dunia Aceh dengan Turky dilihat berbeda namun hari ini di mata Rohingya Aceh dan Turky jauh lebih merdeka dan berdaya bahkan dari Amerika sekalipun, apa lagi dari Malaysia? Thailand? Singapur? Atau bahkan Indonesia?.