Ini jelas masih
tanda tanja, beda halnja dengan penetapan Muzakkir Manaf sebagai Cagub Tunggal
dari PA.
Banjak nama yang
pernah disebut oleh berbagai pihak baik internal PA maupun dari luar, di
antaranja ada Abu Razak (Kamaruddin Abu Bakar dari Pidie) yang merupakan kader
asli PA dan GAM bukan pendatang setelah damai, dia juga Wakil Ketua KPA
sekaligus wakil ketua PA Pusat.
Ada juga nama
Teuku Al Khalid (dari Pijay) yang merupakan ketua DPD Gerindra Aceh yang
dikenal dekat dengan Muzakkir Manaf yang juga menjabat Dewan Penasehat Gerindra
Aceh selain sebagai ketua DPA PA, Ada juga nama Abdullah Saleh (dari Nagan
Raya) yang sebelumnja di PPP kemudian setelah damai bergabung dengan PA
yang terkenal blak blakan dan sangat ambisius, ada juga Nama Muklis Basyah
(Aceh Rayeuk) yang juga menjabat sebagai Sekjen PA Pusat serta sedang menjabat
sebagai Bupati Aceh besar, ada juga Nama Zaini Jalil yang juga merupakan ketua
DPD Nasdem Aceh yang merupakan putra Bireun, setidaknja itu di antara sekian
nama yang mulai diapungkan dan masih menjadi teka teki sampai sekarang.
Nah terlepas
dari berbagai pertimbangan yang diberikan oleh para pihak yang telah
menyebutkan nama-nama tersebut diberbagai kesempatan dan berbagai media maupun
tempat, kali ini saya mencoba menganalisa kemungkinan siapa yang menurut saya
layak dan lebih layak menjadi pendamping Muzakkir Manaf sebagai pasangan Cagub
dan Cawagub yang diusung oleh PA.
Di antara
nama-nama tersebut ada yang terlihat begitu ambisius dan sudah terang-terangan
mengiklankan diri bahwa sangat ingin mendampingi Muzakkir Manaf, berbagai
manuverpun telah dan akan terus dimainkan, ada juga yang belum memperlihatkan
keinginan secara langsung namun dilihat dari apa yang dilakonkan dan dikerjakan
dia selama ini bahkan jauh sebelum Muzakkir Manaf mendeklarasikan diri sebagai
Calon Gubernur dari PA dapat dibaca bahwa dia sangat dan sedang mengincar kursi
disamping Muzakkir Manaf, bahkan kalau tidak berlebihan saya ingin katakan
bahwa sebenarnja yang diinginkan bukan Muzakkir Manaf jadi Gubernur tapi kursi
Wakil Gubernur harus bisa menjadi milik dia, sehingga langkah awalnya adalah
memastikan Muzakkir Manaf maju sebagai Cagub dan kursi Cawagub bisa
diperebutkan, dan ini tidak akan terjadi jika wacana
rekonsiliasi yang pernah diwacanakan sebelumnja
antara Irwandi dan Muzakkir Manaf berjalan mulus, karena jika rekonsiliasi
terjadi dan Irwandi berpasangan dengan Muzakkir Manaf maka dia dipastikan tidak
bisa memperebutkan kursi Wakil Gubernur Incaran dia, atau bahkan tidak tertutup
kemungkinan ia akan kehilangan pengaruh di PA.
Whell...
Itu adalah ragam
lakon yang saya lihat dari diri para kandidat wagub pendamping cagub yang akan
di usung PA.
Namun dari
sekian nama dan ragam gaya, saya lebih tertarik atau menurut saya lebih cocok
untuk menjadi pendamping Muzakkir Manaf adalah ABU RAZAK atau Kamaruddin Abu
Bakar.
Kenapa Abu
Razak?
Pertama:
Secara kalkulasi
internal posisi Abu Razak yang menjabat sebagai Wakil ketua PA dan juga KPA dan
terlihat sudah berpengalaman mendampingi Muzakkir Manaf selama ini atau bahkan
semasa konflik sekalipun harus diakui memiliki nilai pluss untuk keakuran dan
menghindari perpecahan saat menjabat sebagai Gub dan Wagub jika terpilih,
setidaknya ini terbukti dan sudah teruji dalam mengomandoi PA dan KPA.
Ke dua:
Abu Razak adalah
kader asli PA dari Pidie, yang merupakan basis suara terbesar PA setelah Pasee
yang sudah diwakili Muzakkir Manaf, suara PA di Pidie dan Pidie Jaya bahkan
lebih besar daripada Kawasan Barsela (Barat Selatan) yang diwakili Abdullah
Saleh.
Ke tiga:
Abu Razak
terlihat lebih dingin dan tidak seambisius kandidat lain yang terlihat begitu
getol ingin maju, ini menjadi nilai plus tersendiri mengingat selama ini Jika
Wagub dan Gub sama-sama ambisius sangat rawan dengan perpecahan jika terpilih.
Ke Empat:
Abu Razak jika
dipasang dengan Muzakkir Manaf maka dengan sendirinya akan membantah tuduhan
bahwa selama ini PA telah diacak-acak oleh penyusup yang bergabung dengan PA
pasca damai, karena Abu Razak murni kader PA dan Berasal dari Pidie yang
diperkirakan akan dapat mengamankan suara PA dari Pidie dari persaingan dengan
kandidat lain yang juga dari Pidie, sehingga dengan dua faktor satu dan dua
plus kenyataan Abu Razak yang sudah berpengalaman mendampingi Muzakkir Manaf di
PA maupun KPA sehingga lebih besar harapan untuk dapat saling mengisi, memahami
dan sinergi, dilengkapi dengan sikap Abu Razak yang tidak ambisius dan tenang.
Nama lain
sebetulnya ada juga seperti Kautsar Muhammad Yus namun sepertinya dia lebih
tertarik untuk maju di BNA 1 sebagai Calon Walikota Banda Aceh.
Nah terlepas
dari baik buruknja untuk Aceh, setidaknja untuk Internal PA dan KPA saya
kira dengan alasan di atas ABU RAZAK lebih layak daripada yang lain.
Namun pilihan
tetap di tangan pengambil kebijakan di PA, saya hanja mencoba menganalisa dari
berbagai isu dan perkembangan yang saya cermati dari luar.
Siapkah Abu
Razak?
Akankah PA
memilih Abu Razak?
Ntahlah...