IRWANDI YUSUF DAN MUZAKKIR MANAF AKAN MERDEKAKAN RAKYAT ACEH
Jika Aceh "SUKSES" di pimpin oleh IRWANDI & MUZAKKIR MANAF maka rakyat Aceh akan "MERDEKA".
Mengacu pada perkembangan perpolitikan Aceh Pasca MoU antara pihak "Pejuang" GAM dengan Republik Indonesia, dengan segenap hasil kesepakatan yang ada antar para pihak maka dapat "dipastikan" masa depan Aceh sudah ada di tangan rakyat Aceh sendiri.
Pertama pada masa Pra Damai.
Sebelum perdamaian itu tercapai semua aspek kehidupan di Aceh mengalami kemacetan, pembanguan fisik berupa infrastruktur semuanja terhambat, jalan, jembatan, gedung pemerintahan dan lain sebagainja semua jalan di tempat.
Dalam bidang pembangunan SDM juga mengalami hal yang sama, misalnja pendidikan betapa banjak anak Aceh yang putus sekolah, gedung sekolah yang rusak atau bahkan sengaja dirusak oleh oknum yang tidak bertanggung jawab, betapa banjak guru yang takut mengajar di pedalaman yang tidak lain merupakan ekses konflik yang berkepanjangan.
Dalam bidang ekonomi juga senasib, perekonomian mayoritas rakyat Aceh yang didominasi oleh petani dan nelayan juga mengalami kemacetan, di tengah pusaran konflik aktifitas petani dan nelayan juga terganggu, rakyat mengalami ketakutan ketika mau ke sawah, ke ladang, ke kebun apa lagi ke gunung, rasa takut dan trauma yang dialami telah membelenggu langkah rakyat Aceh untuk menggerakkan roda perekonomian atau bisa dikatakan telah menghambat usaha rakyat Aceh untuk memenuhi kebutuhan hidupnja.
Setali tiga uang dengan kondisi pendidikan dan ekonomi, kesehatan rakyat Aceh juga berada pada taraf yang teramat sangat mengkhawatirkan, hal ini sebenarnja lebih sebagai dampak dari keterpurukan ekonomi masyarakat, banjak rakyat Aceh yang tidak memiliki tempat tinggal yang layak, tidak memiliki sumber air bersih yang cukup, di bawah himpitan ekonomi yang sebegitu parah maka untuk membangun rumah yang memenuhi standar kesehatan dan kenjamanan tidak lebih diutamakan daripada sekedar memenuhi tagihan perut setiap harinja yang tidak bisa di tunda dan dibarter dengan sesuatu apapun atau kalo tidak terlalu kejam bisa dikatakan bahwa sudah bisa hidup dan makan saja sudah sangat lumayan untuk sebuah ukuran kehidupan di tengah desingan peluru yang siap mengancam kehidupan setiap saat. Ditambah lagi dengan fasilitas kesehatan berupa puskesmas yang begitu langka apa lagi rumah sakit yang sudah ditunggu oleh persoalan selanjutnja yaitu mahalnja biaya pengobatan dan sulitnja proses yang harus dilalui untuk sekedar bisa sampai ke rumah sakit harus melewati razia per razia yang dilakukan oleh aparat keamanan.
Jadi kondisi ketiga aspek yang menjadi acuan kualitas IPM (Indeks Pertumbuhan Manusia) tersebut yaitu Pendidikan, Ekonomi dan Kesehatan yang jauh dari standar layak bisa dikatakan taraf kehidupan rakyat Aceh benar-benar jauh dari kata MERDEKA.
Kondisi tersebut semakin kritis setelah sebahagian wilayah Aceh diterjang bencana tsunami yang memporak porandakan wilayah yang berada di ujung pulau sumatra ini, sehingga Aceh seakan menjadi ladang kematian bagi rakyat Aceh.
Setelah tsunami dan perang yang berkepanjangan yang telah meluluh lantakkan semua sendi kehidupan rakyat Aceh Alhamdulillah pada 15 Agustus 2005 para pihak yang terlibat konflik telah mencapai kesepakatan untuk mengakhiri pertikaian bersenjata hal ini ditandai dengan lahirnja MoU yang ditanda tangani oleh para pihak di Heksinki, kehidupan rakyat Acehpun memasuki babak baru, perang reda, bantuan internadsional mulai menjembuhkan "kehidupan" rakyat Aceh yang hampir mati. Fasilitas, infrastruktur dan perekonomian masyarakat mulai membaik, didukung dengan kondisi politik yang terus membaik.
Para pejuang GAM yang sebelumnja diburu kini sudah mulai kembali menikmati kehidupan normal, perjuangan bersenjata pun di transformasikan kedalam perjuangan politik. Puncaknja pada tahun 2006 perpolitikan di Aceh diambil alih oleh kekuatan politik pejuang yang dimulai dengan kemenangan Irwandi & Nazar pada pilkada 2006, bahkan dalam proses selanjutnja kesuksesan merebut kekuasaan eksekutif tersebut juga di ikuti dengan keberhasilan merebut kekuasaan legeslatif yang diawali dengan lahirnja Partai Aceh yang dimotori oleh pimpinan politik GAM yang sebelumnja memimpin perjuangan dengan senjata, kesuksesan PA meraih kursi mayoritas di parlemen Aceh seakan melengkapi syarat yang dibutuhkan GAM untuk mensejahterakan rakyat Aceh yang sudah sekian lama menderita di bawah "kekuasaan" Republik Indonesia.
Meski tidak maksimal namun kehidupan rakyat Aceh mulai dan terus membaik, Pemerintah Aceh dalam periode ini tergolong sukses membenahi kehidupan rakyat Aceh, di bawah komando IRWANDI pemerintah Aceh berhasil melakukan beberapa terobosan semisal lahirnja Program JKA untuk memperbaiki taraf Kesehatan rakyat, adanja pembangunan rumah Dhuafa yang mulai menjawab persoalan rakyat Aceh yang tidak memiliki tempat tinggal yang layak, adanja program
Beasiswa untuk pelajar Aceh terutama beasiswa ke luar negri dan juga beasiswa kusus kepada anak yatim yang menjadi solusi untuk meningkatkan taraf pendidikan rakyat Aceh. Sehingga tingkat IPM rakyat Aceh mulai membaik.
Namun perjalanan untuk menjadi lebih baik tidak selamanja mulus, dimulai dengan persaingan dan perpecahan ditubuh kekuatan politik lokal, di eksekutif Kekompakan Irwandi Nazar mulai berkurang, diikuti dengan keretakan hubungan Eksekutif dan legeslatif yang tidak lagi mesra, sehingga pertumbuhan yang sebelumnja berjalan lancar mulai menemukan berbagai kendala seiring dengan perpecahan yang terjadi ditubuh pemerintah Aceh, sehingga pembangunan menjadi terhambat.
Jika ditelisik lebih jauh sebenarnja problem terbesar yang menjebabkan keadaan tersebut adalah timbulnja ketidak sepahaman di tubuh GAM yang sebelumnja menjadi komando baru dalam pembangunan di Aceh. Wujud njata dari pergesekan tersebut adalah dalam pilkada 2012 di mana GAM terlihat terbelah kedalam dua kubu yaitu IRWANDI cs yang terdepak/keluar dari Partai Aceh maju melalui jalur Independen, sementara PA menjokong pasangan ZIKIR (Zaini & Muzakkir) serta di pihak lain Muhammad Nazar yang berasal dari garis aktifis yang sebelumnja bersama-sama dengan GAM memenangkan kontestasi 2006 juga maju secara terpisah. Alhasil ZIKIR memenangkan pilkada 2012 dengan segenap trik dan intrik yang berjalan.
Periode ini bisa disebut sebagai periode kedua GAM berkusa di Aceh. Di bawah komando ZIKIR pertumbuhan atau pembangunan di Aceh bisa dibilang masih jalan ditempat (setidaknja menurut saya) padahal kedua lembaga pemerintahan di Aceh dikuasai GAM baik Legeslatif (sisa periode 2009) dan hasil pemilu 2014 maupun Eksekutif yang direbut lagi di pilkada 2012. Namun perpecahan sepertinja kembali terjadi di tubuh pemerintah Aceh. Ketidak akuran Zaini & Muzakkir mulai tercium,
dilanjutkan dengan perebutan pengaruh kedua kubu diparlemen yang ikut berperan menghambat pembangunan di Aceh.
Nah mengaca dari pengalaman (semoga kita bisa belajar dari kesalahan sebelumnja) dan segala persoalan maju mundurnja pertumbuhan pembangunan di Aceh pasca Konflik di bawah komando ACEH, di 2017 nanti saya berharap agar kedua kubu GAM yaitu PA dan saudaranja PNA bisa kembali akur demi melanjutkan perjuangan untuk MEMERDEKAKAN rakyat Aceh dari Kemiskinan, kebodohan dan segala ketertinggalan lainnja. Saya memperkirakan jika kedua kubu memang benar-benar berjuang untuk rakyat sebagaimana yang digaungkan dari masa perang hingga masa damai, maka kedua kubu akan meninggalkan ego pribadi dan kelompok DEMI RAKYAT ACEH. Jika harapan saya terealisasi maka duet IRWANDI & MUZAKKIR bisa dijadikan komando baru untuk MEMERDEKAKAN rakyat Aceh dari ketertinggalan baik dari sektor ekonomi, pendidikan maupun kesehatan dan infrastruktur lainnja yang dapat membuat rakyat Aceh merasakan kemerdekaan yang telah lama di idam-idamkan.
Tapi itu semua tidak mudah karena penjakit yang dialami Aceh sungguh sudah sangat kronis, butuh waktu, kedewasaan, keakuran, keseriusan, kecerdasan, kesungguhan, keikhlasan dan kesabaran dari semua element masyarakat Aceh tentunja.
Akhirnja saya berharap kita sama-sama bisa berteriak.
(Dari kebodohan, kemiskinan dan ketertinggalan lainnja)