Saya dukung pengembangan Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh.
Pun perdebatan tak bisa dihindari, tapi saya mencoba melihat dari sudut pandang yang terpisah dari tudingan adanja perebutan proyek atau berbagai kepentingan yang ditudingkan, meskipun sulit untuk membantah tudingan itu, perebutan projek adalah keniscayaan disetiap adanja pembangunan.
Kenapa saya mendukung?
Saya melihat Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh lebih dari sekedar tempat ibadah seperti layaknja mesjid lain yang ada di Aceh.
Bagi rakyat Aceh Mesjid Raya Baiturrahman punja nilai lebih, sebagai simbul dan kebanggan orang Aceh yang konon terkenal dengan Islamnja, Aceh dikenal dengan sebutan Serambi Mekkah, dg Syariat Islamnja, terlepas dari berbagai persoalan dan kekurangan dalam implementasinja.
Selain itu Kota Banda Aceh juga sudah dikampanjekan sebagai Bandar Wisata Islami, sehingga dengan nilai sejarah panjangnja, serta progress masa depan kota Banda Aceh serta Aceh secara keseluruhan maka saya sepakat untuk melihat pengembangan Mesjid Raya Baiturrahman lebih dari sebatas perebutan proyek, pengaruh dan kepentingan yang ditudingkan.
Selain itu mungkin ada pihak yang mengkhawatirkan akan adanja penggusuran yang berdampak pada perekonomian masyarakat.
Dari sisi ini saya melihat bahwa hal itu bisa saja diantisipasi jika pemerintah bisa membuat terobosan baru untuk tetap menjaga dan menjamin perputaran roda perekonomian masyarakat.
Misal, ketika Banda Aceh dengan MRB hasil pengembangannya telah berobah menjadi kota wisata dari kota perdagangan maka pemerintah bisa membuka pusat perdagangan baru atau mengembangkan pusat perdagangan lain yang selama ini sudah ada semisal Ketapang, Ulee Kareng, Neusu dan mungkin juga dibangun pusat perdagangan baru dengan catatan dilakukan dengan perencanaan yang matang serta pelaksanaan (proses) yang bijak agar tetap bisa menjamin agar masyarakat yang selama ini melakukan aktifitas perekonomian di kota Banda Aceh tetap mendapatkan (haknja) tempat baru untuk mereka kembali beraktifitas, tentunja butuh kerja keras dan manajemen yang kuat, yang benar-benar profesional tanpa merugikan satu pihak dan menguntungkan pihak lainnja, misalnja mendata terlebih dahulu para pedagang di kota yang terkena dampak (penggusuran) pengembangan MRB, sehingga mereka bisa dipastikan mendapatkan kembali tempat mereka beraktifitas agar mereka tidak terdhalimi.
Nah...
Kita berharap pada akhirnja Banda Aceh dengan Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh hasil pengembangannja akan lebih layak disebut KOTA WISATA ISLAMI.
Dan kita semua bisa berbangga dengan itu seraya tetap berupaya terus membangun Aceh yang lebih maju dan Islami secara substansial melebihi sebatas jargon atau simbol semata.
Guwe dukung elo gimana?
Dibangun salah?
Gak dibangun salah?
Lagian daripada dialihkan lagi ke lapangan golf?
Serba salah kan?