MEWASPADAI
“PEMBISIK” BUSUK!
“Naleung Lakoe” itu sangat berbahaya karena dengan semakin banyaknya ”naleung lakoe”
disekitar sebatang pohon maka semakin sedikit peluang pohon itu untuk tumbuh
subur, karena “nutrisi” yang dibutuhkan pohon tersebut malah disikat habis oleh
“naleung lakoe” disekitarnya. Demikian tulis Mario Tegas di akun FBnya.
Abu si’id dan abu hurairah r.a. Berkata: Rasulullah SAW bersabda:
Allah SWT tiada mengutus seorang nabi atau mengangkat seorang khalifah,
melainkan ada dua orang kepercayaan pribadi, seseorang yang menganjurkan
kebaikan, dan seorang yang menganjurkan kejahatan. Sedang orang yang selamat
ialah yang dipelihara oleh Allah SWT. (Hr.Bukhari)
Dalam
hadits di atas jelas dikatakan bahwa disekitar pemimpin itu ada dua (jenis) pembisik yaitu yang bekerja “membantu” pimpinan
yang menyumbangkan pemikiran konstruktif sementara yang lain “bekerja” untuk
menghancurkan pemimpin dengan membisikkan pemikiran yang destruktif.
Dalam
konteks kekinian kita bisa melihat bahwa setiap pemimpin baik President,
Gubernur maupun Bupati semuanya memiliki pembisik baik
staf pribadi atau bahkan staf khusus, staf ahli, penasehat ahli, dsb. yang
bekerja membantu menunjang kinerja gubernur dengan pemikiran-pemikiran yang
positif, tapi tidak sedikit pembisik yang
malah “menggerogoti” pemimpin dengan pemikiran yang negative yang pada akhirnya
akan memperburuk kinerja Pemimpin terkait.
Pembisik
ini sejatinya menjadi “orang” kepercayaan seorang pemimpin dalam melakukan
banyak hal yang berkaitan dengan pekerjaan kepemimpinan yang sedang dijalankan,
sadar atau tidak dalam realitasnya tidak jarang ada staf (pembisik) yang sebenarnya lebih berperan
dibandingkan pemimpin itu sendiri dalam menentukan berbagai kebijakan, misalkan
dalam memilih dan menunjuk kepala dinas, menunjuk dan memilih pejabat untuk
mengisi berbagai posisi strategis yang sangat berpengaruh terhadap jalannya
roda pemerintahan yang sedang ia pimpin.
Dalam
kondisi seperti ini “baik” buruknya pemerintahan sebenarnya tidak lagi “sangat”
tergantung atau setidaknya tidak hanya bergantung pada pemimpin terkait tetapi
lebih ditentukan oleh pembisik yang ada
di sekitar pemimpin tersebut yang telah “mendapatkan” kepercayaan untuk memilih
atau setidaknya mengusulkan calon Kadis misalkan atau penjabat yang akan
membantu kerja pemimpin terkait.
Jika
pembisik ini bekerja dengan baik dalam
artian benar-benar untuk menunjang jalannya roda pemerintahan untuk memakmurkan
rakyat maka pemimpin tersebut akan sukses dan rakyat juga akan makmur, tetapi
jika para pembisik itu tidak bekerja
dengan baik dalam artian bekerja bukan untuk membantu pemimpin dalam
memakmurkan rakyat maka pemerintahan yang dijalankan akan gagal mewujudkan
kemakmuran bagi rakyat yang sedang dipimpin oleh pemimpin terkait.
Dengan
demikian seorang pemimpin seharusnya waspada dan tidak sembarangan memberikan
tempat atau kepercayaan bagi staf atau pembisik
yang akan membisiknya, pemimpin justru harus hati-hati terhadap orang-orang
kepercayaannya. Hal ini dikarenakan orang-orang yang berada di sekitarnya ada
yang jujur yang akan membuat rakyatnya makmur sehingga pemimpin tadi semakin
dihormati rakyatnya dan ada yang tidak jujur yang akan membuat rakyatnya hancur
atau bahkan pemimpin itu sendiri akan dihancurkan oleh bisikan-bisikan setan
yang terus dibisikkan oleh pembisik yang
tidak jujur tadi sehingga pemimpin tadi dihujat oleh rakyatnya.
Dengan
kata lain seorang pembisik yang jujur
pasti akan memberikan informasi yang benar terhadap pemimpinnya, tetapi seorang
pembisik yang tidak jujur tentu akan
memberikan informasi yang tidak benar kepada pemimpinnya. Orang yang terakhir
ini lah biasanya yang selalu menghasut dan membisikkan informasi-informasi yang
justru bukan memperkuat kepemimpinannya, melainkan akan menurunkan integritas
kepemimpinannya.
Karena
itulah setiap pemimpin harus sangat waspada terhadap orang-orang yang
pekerjaannya hanya membisikkan informasi-informasi salah sehingga pemimpin
terdorong untuk megeluarkan kebijakan yang merugikan kepentingan rakyat banyak
dan mnghancurkan citra pemimpin itu sendiri.
Pemimpin membutuhkan staf yang tepat!
‘Aisyah r.a. Berkata:
Rasulullah SAW bersabda: jika Allah SWT menghendaki kebaikan terhadap seorang
raja, maka diberinya seorang pembantu yang
jujur, jika lupa diingatkan dan jika ingat dibantu. Dan jika Allah SWT
menghendaki sebaliknya dari itu, maka Allah SWT memberi padanya, pembantu yang
tidak jujur, hingga jika lupa tidak diingatkan dan jika ingat tidak dibantu. (HR.
Abu Dawud).
Seorang
pemimpin memiliki tanggung jawab dan tugas yang sangat besar dan berat, untuk
melaksanakan semua tugas kepemimpinannya dan itu tidak mungkin semuanya
dilakukan sendiri. Oleh sebab itu dibutuhkan sejumlah pembantu untuk
meringankan tugas sang pemimpin. Dalam konteks hari ini seorang President
membutuhkan menteri untuk membantu tugas presiden melayani rakyat dalam bidang
yang dipercayakan kepadanya, sementara jika pemimpin itu seorang gubernur maka
dia membutuhkan Kepala Dinas untuk memimpin dinas yang akan dipercayakan
kepadanya.
Dalam
hal ini baik menteri maupun kepala dinas yang akan dipercayakan seharusnya
benar-benar orang yang tepat yaitu punya kapasitas yang dibutuhkan, harus
benar-benar mangaca pada “kualitas” yang sesuai dengan yang dibutuhkan untuk
menjalankan pekerjaan yang ada pada dinas terkait, harus pintar dan jujur serta
harus merupakan seorang yang rajin dan pekerja keras, sehingga pekerjaan yang “dipercayakan”
kepadanya benar-benar dapat dilaksakan dengan maksimal, jangan sampai setiap
tahun gubernur selalu dipusingkan dengan “kenyataan bahwa” masih banyak proyek
yang tidak teralisasikan dengan tuntas atau setidaknya lambat dan asal-asalan,
sehingga “kredibilitas” gubernur dengan pemerintahannya akan buruk dikarenakan
gagal mensejahterakan rakyat yang dipimpinnya, sehingga setiap tahunnya
gubernur dibenbankan dengan “masalah” realisasi anggaran bermasalah, pekerjaan
asal jadi dengan kualitas yang jauh dari yang seharusnya.
Keberadan
“pembisik dan pembantu” ini tentunya perlu kita apresiasi jika meraka bekerja
dengan baik, karena mereka membantu tugas-tugas Gubernur dalam upaya
mensejahterkan dan memakmurkan rakyatnya. Akan tetapi, kita juga perlu
mencermati dan mengkritisi atau bahkan jika diperlukan kita mesti mewaspadai “jangan-jangan”
ada “pembisik” itu berniat busuk yaitu bukan
untuk membantu Gubernur memakmurkan rakyatnya tetapi malah “menipu” Gubernur untuk
menghancurkan rakyatnya. Sehingga jika salah dalam memilih “pembisik”
dan pembisik itu “membisikkan” bisikan yang salah untuk mengangkat Kadis yang
tidak kompetent maka pada akhirnya kinerja pemerintah hancur-hancuran.
Misalnya
menempatkan orang bukan atas dasar keahlian dan kemampuan yang dibutuhkan dalam
posisi tertentu, tetapi malah memilih pejabat berdasarkan “garis darah” atau ashabiyahnya. Sehingga yang terlihat
malah orang-orang atau bahkan pemimpin itu sendiri hanya memikirkan kepentingan
pribadi, golongan atau kelompoknya, bukan lagi memikirkan kepentingan rakyat
banyak.
Seharusnya
Gubernur bisa memilih pejabat yang sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan, Kepala
dinas pendidikan misalkan harus diberikan kepada orang yang benar-benar ahli
dan kompeten untuk mengurus pendidikan di Aceh dengan sejuta persoalannya,
sehingga rakyat Aceh bisa merdeka dari kebodohan.
Kepala
dinas kesehatan, seharusnya diberikan kepada orang-orang yang kompeten dan
mampu serta jenius untuk mengurus berbagai permasalahan yang ada di bidang
kesehatan, sehingga rakyat aceh bisa merdeka dari berbagai penyakit yang selama
ini telah dan masih menghantui rakyat Aceh.
Kepala
dinas Cipta Karya harus benar-benar diberikan kepada orang yang benar-benar
kompeten sehingga bisa menyelesaikan dan membangun berbagai sarana dan
infrastruktur di Aceh dengan baik yang pada ujungnya bisa memerdekakan rakyat Aceh
dari ketertinggalan dalam pembangunan, sehingga bisa membantu membangkitkan
perekonomian rakyat Aceh yang selama ini belum merdeka dari kemiskinan.
Intinya
jika disekitar pemimpin ada pembisik yang
yang licik dan picik ini serta berakal busuk maka pemerintahan yang dijalankannya akan amburadul dan rakyat akan semakin
jauh dari kata makmur. Yang terjadi malah kredibilitas gubernur yang akan
hancur, kata Mario Tegas “naleung lakoe” itu
sangat berbahaya karena dengan semakin banyaknya ”naleung
lakoe” disekitar sebatang pohon maka semakin sedikit peluang pohon itu
untuk tumbuh subur, karena “nutrisi” yang dibutuhkan pohon tersebut malah
disikat habis oleh “naleung lakoe” disekitarnya.”
Seperti itulah “pembisik” licik dan busuk yang ada disekitar pemimpin secara perlahan ia akan “menghancurkan” pemimpin
itu sendiri.
Akhirnya
kita berharap agar di Aceh tidak ada pembisik
berakal busuk atau naleung lakoe
yang akan menghancurkan pemimpin, sehingga dengan tidak adanya pembisik yang berakal busuk tersebut disekitar pemimpin kita, maka Pemerintah Aceh akan bisa
bekerja dengan baik dalam mewujudkan cita-cita kemakmuran bagai rakyat aceh
secara keseluruhan.
Sehingga
akhirnya kita sama-sama bisa berterik “MERDEKAAA!”
Merdeka
dari kebodohan, kemiskinan dan berbagai ketertinggalan lainnya.
Semoga…!
Artikel terkait: