BAKAL CALON WALIKOTA BNA 2017-1022
Hasil pleno
KIP Banda Aceh menetapkan perolehan kursi DPRK BNA dalam pemilu legeslatif 2014
yang lalu yaitu yang terdiri dari Partai Demokrat berhasil mendapatkan kursi
terbanyak dengan total 5 kursi. Di urutan kedua, ada nama Partai NasDem, Partai
Aceh dan PKS dengan perolehan masing-masing 4 kursi. Sementara Partai PPP, PAN
dan Golkar masing mendapat 3 kursi dan Gerindra 2 kursi. Kemudian 2 kursi
terakhir di peroleh PKPI dan PDA masing-masing 1 kursi.
Sedangkan
sejumlah partai yang tidak berhasil meraih kursi parlemen DPR Kota Banda Aceh
meliputi PDI, PKB, PBB, Hanura dan PNA.
Mengacu pada
perolehan kursi DPRK BNA hasil pemilu legeslatif 2014 lalu, saya mencoba meramu
(meramal) berbagai kemungkian yang akan muncul menjelang Pilkada 2017-2022.
Terlalu dini? Sepertinya tidak, mengapa demikian karena waktu tersisa dua tahun
bukanlah waktu yang lama untuk “menjodohkan” atau mencari pasangan yang tepat. Saya punja prediksi seperti ini, anda
terserah, boleh sepakat dengan salah satu paket atau boleh juga tidak.
Jika sepakat
berikan komen sesuai no urut, jika tidak silakan tulis (paket) jagoan anda.
Tidak komen juga
tak apa. Ini negara
demokrasi klo tidak sepakat boleh ke mahkamah konstitusi.
1. Teuku Irwan
Djohan & Darwati A Gani
2. Kautsar & Sabri
Badruddin
3. Illiza Sa’aduddin
Djamal & Yudi Kurnia.
Cc: Pilihan anda
tidak menentukan apapun.
Subsidi BBM
tanggung sendiri. Berikut Analisa
saya:
Prediksi Saya
untuk Pilkada Banda Aceh 2017. Kemungkinan
Paket yang akan muncul dalam Kontestasi Banda Aceh 1&2 2017-2022 (tidak
terhitung jika ada calon independen) adalah paling banjak 3 paket, dengan
ketentuan jika persyaratan pengajuan calon oleh parpol minimal 15 persen kursi
dari total kursi DPRK yaitu 5 Kursi (15 persen dari 30 kursi).
Berikut analisa
saya untuk masing-masing kemungkinan:
Kemungkinan pasangan ini
muncul dengan asumsi bahwa “kubu” pendukung Jokowi-JK dalam pilpres lalu masih
kompak dan “memiliki” rasa kebersamaan seperti sa’at berjuang memenangkan
Jokowi-JK (Nasdem, PBB, PKPI, Hanura, PDIP dan PNA) dalam perebutan kursi RI1
lalu. Dalam konteks ini Nasdem akan menjadi nahkoda kenapa karena hanya nasdem
yang punya “peluang” dan power terbesar di kubu ini dengan menguasai 4 kursi
DPRK BNA, untuk memenuhi syarat 15 persen yaitu 5 kursi, PKPI dengan 1 kursi
jadi Nasdem plus PKPI sudah memenuhi syarat untuk mengusung pasangan calon. Dalam
hal ini Nasdem bisa menjagokan Teuku Irwan Djohan sebagai calon BNA 1, lantas
Kenapa Darwati A. Gani yang dijagokan untuk BNA 2? Hal ini dikarenakan PKPI
yang punya 1 kursi dari kubu ini tidak mempunyai figur yang sepopuler Darwati
apa lagi yang mengalahkan kepopuleran Darwati A.Gani dalam hal ini. Meskipun PNA
tidak punya kursi di DPRK BNA tapi dengan perolehan suara Darwati A. Gani di
pemilu legeslatif lalu di Dapil I (BNA, Aceh Besar dan Sabang) tentunya popularitas
Darwati A Gani sangat layak untuk diperhitungkan. Sementara pendukung PBB, Hanura,
PDIP meskipun tidak dapat kursi akan menjadi “energy” tambahan untuk memenagkan
duet ini.
Duet ini punya kemungkinan muncul dengan
asumsi jika “kubu” pendukung Prabowo-Hatta dalam pilpres lalu juga masih kompak
dan “memiliki” rasa kebersamaan seperti sa’at berjuang memenangkan Prabowo-Hatta
dalam perebutan kursi RI1 2014 lalu, dengan asumsi PA dan Golkar (mau) berduet
dengan salah satunya menjadi calon BNA 1 dan yang satu lagi BNA 2, dalam hal
ini PA memiliki 4 kursi bisa menjagokan Kautsar yang merupakan salah satu politikus paling potensial yang dimiliki PA dan Golkar punya 3 kursi bisa mengajukan Sabri Badruddin yang mempunyai kredibilitas yang lumayan bagus untuk tingkat BNA hal ini terbukti dengan terpilihnya dia untuk DPRK Banda Aceh, dengan total 7 kursi sebenarnya
sebenaranya PA dan Golkar sudah bisa mengajukan calon sendiri tidak perlu
berharap pada rekan koalisi KMP lainnya semisal PKS (4 Kursi) plus Gerindra (2
Kursi) dengan total 6 kursi yang juga sebenarnya sudah punya syarat untuk
bangun koalisi baru (PKS&Gerindra) mengajukan calon sendiri yang merupakan “pasukan
inti” di KMP Nasional.
Pasangan ini adalah kolaborasi
PPP&Demokrat, kedua Partai ini (sangat mungkin) berkoalisi dikarenakan sudah
dua periode bersama-sama menguasai BNA dari 2006-2012 dan dilanjutkan 2012-2017
dengan komposisi Demokrat BNA 1 dan PPP BNA 2. Atas dasar ini saya
memperkirakan Koalisi ini tidak akan dipengaruhi oleh “pola” politik nasional
yaitu Demokrat dan PPP berada di kubu yang berbeda dalam pilpres 2014 lalu,
tetapi dalam pilkada yang akan datang saya memperkirakan komposisi akan berbeda
yaitu Illiza Sa’aduddin Djamal (PPP) untuk BNA 1 dan Yudi Kurnia (Demokrat) BNA
2, kemungkinan pasangat ini juga tergolong besar (kecuali koalisi) ini gagal
dipertahankan, karena mangaca pada percapaian selama dua periode mereka
memimpin BNA, di sisi lain “mungkin” juga warga BNA membutuhkan Nuansa atau
kreasi baru untuk membuat BNA lebih maju dari sebelumnya sehingga tidak lagi
memilih pasangan ini.
Demikianlah Prediksi Saya untuk
Pilkada BNA 2017-2022,
Namun Proses Kandidasi yang
sesungguhnya tergantung sepenuhnya pada kepastian regulasi yang akan berlaku disaat pilkada berlangsung (lihat PP 102 2014 yang mengatur tentang tatacara pengajuan Cawagub/cawabup/cawalkot yang diterbitkan Jokowi 1 Desember 2014) serta juga sangat tergantung dari pengambil kebijakan di parpol terkait,
baik dalam meramu parpol koalisi maupun pemilihan sosok (figur) yang akan
dijagokan.
Namun pilihan ada di tangan Masyarakat Banda Aceh.