Konon beberapa hari yang lalu (terhitung dari beberapa tahun
silam) di sebuah desa di Kawasan Amerika Selatan namanya desa Malin-G diadakan
pemilihan Kades dan saat itu ada dua kandidat yang mengajukan diri untuk
dipilih oleh rakyat:
Kandidat A dikenal dengan orang yang baik, jujur, sosialis, dan berpendidikan
tinggi
Kandidat B dikenal dengan orang yang Bengis, Pembohong, individualis dan tidak
sekolah.
Kebanyakan warga desa itu adalah pengangguran sisanya 25% Petani
garam, 10 % Petani Ganja dan 5% Petani Tambak Shabu.
Nah begitu mendekati pilkades masing-masing kandidat
berkampanye:
Kandidat A dengan bekal Pendidikan yang lumayan mengkampanyekan
berbagai program yang pro rakyat, yang sangat prospektif untuk membenahi
kehidupan rakyat baik perbaikan dibidang infrastruktur maupun perbaikan
dibidang sosial, seperti perbaikan fasilitas pendidikan dan sebagainya.
Sementara kandidat B yang dikenal bengis, temperament dan anti
sosial tidak mengkampanyekan program-program seperti yang ditawarkan oleh
kandidat A, dia cuma mengakatan "Kalau saya tidak menang maka warga desa
harus siap-siap menanggung resiko" TITIK.
Menjelang hari H para aparat desa dan petugas pemilihan telah
membersihkan semua alat peraga kampanye dan yang tersisa hanyalah selembar
baliho kandidat A dengan kondisi yang tercabik-cabik yang dirusak oleh OTK, dan
itu cukup untuk memberikan rasa cemas kepada warga untuk tidak salah menentukan
pilihan.
Saat pemilihan berlangsung kedua kandidatpun mulai menerka-nerka
hasil yang akan diperoleh setelah kotak suara dibuka.
Apa yang terjadi kemudian?
Hasil perhitungan suara menunjukkan Kandidat A hanya mendulang
20% Suara. Kandisat B memperoleh 50 % Lebih. Sisanya rusak dan golput.
Namun ada yang menarik di sini diantara sekian surat suara yang
tidak tercoblos itu (golput) itu tertulis "Lon sayang keu kandidat A, adak
miseu meunang han jeut gepubut sapeu cit, karena akan dipeukaru".
Whell..Tiga tahun kemudian warga di desa tersebut mulai
mengeluhkan pelayanan yang carut marut, fasilitas desa yang tidak terperdulikan
dan berbagai persoalan sosial lainnya terus menghantui kehidupan warga desa ada
kasus pemerkosaan, pencabulan, peredaran shabu-shabu, penculikan, pencurian
bahkan perang kartel narkoba layaknya yang dipertontonkan di filem "NEW
JACK CITY" yang dimotori oleh seorang Money Charger yang siap membayar
berapapun demi mewujudkan hasrat dan citanya, bahkan sang Money Charger
tersebut dengan begitu tega mengambing hitamkan pamannya atas kehancuran di
desanya tersebut sehingga ia tetap terlihat sebagai sosok yang sempurna tanpa
cela.
Sungguh sangat menyedihkan kehidupan warga desa Malin-G
tersebut.
Semoga di Aceh tidak terjadi hal serupa, karena itu semua sama saja
dengan memaksa mendobrak paksa pintu neraka sebelum saatnya di buka.