Lagi
dan lagi lebih dari 600 pengungsi Bangladesh dan Rohingya asal Myanmar mendarat
di Pantai Langsa, bagian timur Provinsi Aceh, Jumat (15/5/2015) pagi. Rombongan
ini adalah yang kedua setelah rombongan pertama terdampar di perairan Aceh
utara, Minggu (10/5/2015).
Sebagaimana
dilaporkan situs kompas.com, rombongan kedua tersebut kini berada di kawasan
pelabuhan Langsa. Mereka terdiri dari 210 orang Rohingya asal Myanmar dan 395
orang dari Bangladesh. Kondisi kesehatan mereka buruk bahkan delapan orang di
antara mereka kini berada dalam perawatan intensif.
PEMERINTAH
ACEH HARUS BIJAK
Saya kira para Elit Aceh sangat paham bagaimana memperlakukan saudaranya sesama
muslim dari etnis Rohingya, betapa tidak?
Para elit yang berkuasa hari ini adalah mantan pengungsi, pelarian dan pencari
iba alias suaka dari bangsa lain ketika perang masih berkecamuk di Aceh, Malek
Mahmud, Zaini Abdullah, Muzakkir Manaf dan masih banyak pentolan GAM lainnya
yang pernah "mengiba" pada bangsa lain, bila saja mereka tidak
dibantu mungkin tidak ada lagi Nama Zaini Abdullah Cs di altar kekuasaan Aceh
hari ini atau bahkan sudah tidak ada lagi di permukaan bumi ini, sungguh mereka
tahu betul bagaimana bernilainya uluran tangan orang ketika di negeri dan tanah
airnya mereka dikejar "maut". Swedia, Denmark, Jerman, Malaysia dan
beberapa negara lainnya pernah menunjukkan dan mengajarkan orang Aceh betapa
rasa kemanusiaan tidak mengenal batas teritorial bahkan agamapun tidak lagi
menjadi sekat ketika nyawa menjadi taruhan, konon lagi Aceh dan Rohingya
sama-sama muslim sehingga Aceh punya alasan lebih besar untuk membantu
saudaranya. Jika non muslim saja pernah mengulurkan tangan untuk kita, kenapa
kita tidak?
Sementara
terkait solusi bagaimana mereka para pengungsi itu diperlakukan hal ini juga
sangat dipahami oleh pemerintah Aceh yang diisi oleh mantan pengungsi, di
antara solusi yang bisa ditawarkan misalnya dengan menempatkan mereka di pulau
khusus agar mereka bisa bertahan hidup dan bercocok tanam untuk dapat memenuhi
kebutuhan mereka secara mandiri hal ini penting agar tidak terus menjadi beban
bagi pemerintah Aceh, seperti yang ditawarkan Juanda Djamal, bahkan Tarmizi yang juga berpengalaman menjadi
pencari suaka dan juga pernah mengurus para pencari suaka dalam sebuah kesempatan diskusi G15
di WTC Darussalam mengatakan
hal yang sama seperti yang disarankan Juanda
Djamal agar para pengungsi
Rohingya tersebut bisa ditempatkan (dilokalisasi) di pulau tertentu serta
diberikan kitas kusus untuk memudahkan pendataan dan mengurus serta mengusahakan
penanganan oleh badan PBB seperti UNHCR untuk ditempatkan di Negara ke tiga
yang bersedia memberikan suaka.
Semoga
para elit yang sedang berkuasa di Pemerintahan Aceh belum lupa BAGAIMANA ORANG ACEH DISELAMATKAN
oleh BANGSA LAIN.