KONTRAK
POLITIK KANDIDAT DENGAN TIMSES
Saya akan maju
sebagai Cagub Aceh 2017-2022
Insya Allah jika
nanti saya jadi maju maka saya akan sodorkan Klausul Kontrak kepada TIMSES dengan bunyi:
"Kalian
boleh dukung saya tapi tidak ada jatah proyek apa lagi jatah kepala dinas, kalao
berani main hitam putih buat kartu sekarang kita kerja sama, jika kalian ingin
cari keuntungan materi buat saja ATM mandiri jangan sampai meng ATM kan saya
dan meng ATM kan kepala dinas.
Sepakat?
Dukung Saya jadi
Gubernur jika tidak dukung yang lain saja.
Saya kira ini
adalah solusi agar Persekongkolan Pemilik Modal (Capital) dengan Birokrat
(State) tidak memperkosa Rakyat dan Gubernur bisa benar-benar bekerja secara
merdeka dalam artian bebas dari tekanan dari para "mafia" yang kerab menggentayangi
kepala daerah dan kepala dinas dalam menjalankan program pembangunan sepenjang
periode pemerintahannya.
Kadang saya
merasa persoalan Aceh "pakon lageinyo-lageinyo laju?" itu bukan salah
pemimpin sepenuhnya, tapi kita sebagai rakyat (meski tidak semuanya) seringkali
membuat kesalahan yang akibatnya kita tanggung sendiri dan selalu menyalahkan
orang lain dalam hal ini pemimpin.
Contoh:
-Kita sadar
kapasitas seseorang tidak layak untuk menjadi Gubernur atau Bupati tetapi tetap
saja kita pilih
-Kita sadar ada
janji yang tidak mungkin terealisasi tapi tetap saja kita pilih dan kita tagih
-Kita sadar bahwa
Si A tidak mampu jadi Kepala Dinas tapi karena kita merasa berperan dalam memenangkan
seorang kandidat kita memaksakan si A untuk diangkat menjadi Kepala Dinas
karena dia orang dekat kita.
-Kita sadar bahwa
kita tidak mampu menjadi kontraktor yang baik untuk menjalankan proyek
pembangunan tapi tetap saja kita ingin jadi kontraktor dengan meminta atau
memaksa kepala dinas.
-Kita sadar bahwa
Seseorang bukan pilihan yang terbaik untuk jadi pemimpin yang bisa kita pilih
dari pilihan yang ada, tapi tetap kita pilih kerena selembar sarung atau
sekarung beras atau bahkan selembar kertas yang bernilai 50 ribu rupiah.
Lantas apa yang
terjadi?
Kita merepet
Kita mencaci
Kita memaki
Padahal semua
berawal dari kesalahan kita.
Makanya, kalau
kita ingin Aceh “bek lagenyo-lageinyo laju”, selaku rakyat kita harus cerdas, tidak
boleh pragmatis, 5 menit di TPS akan berdampak ke 5 Tahun diluar TPS".
Hehe…
Kalau ada yang
berani bekerja dengan komitmen seperti ini saya optimis Gubernur akan lebih
bebas dan mudah dalam menjalankan pemerintahan dan jikapun nantinya ia gagal
memberikan yang terbaik, maka ia harus siap menanggung akibat dari kegegalannya
secara penuh tanpa harus mengkambinghitamkan orang lain, sehingga tidak ada
lagi dalih ini salah sipulan, ini salah si pulen, “lon ka di pasoe lam guni”!
Ada yang masih
ngaku relawan?