MENJOAL PERAN DAN KEPEDULIAN ORANG BAIK UNTUK MENJELAMATKAN UMMAT.
Catatan jang tersisa mengabarkan bahwa "Socrates pernah merisaukan jika nantinja demokrasi akan membuka peluang bagi tampilnja orang-orang "bodoh" atau "dungu" yang akan memerintah dan berkuasa mengatur orang-orang "pintar", yang pada akhirnja akan membawa dampak negatif berupa kehancuran terhadap eksistensi pemerintahan atau suatu negara".
Realitas dewasa ini ternjata telah membenarkan kekhawatiran tersebut, orang "bodoh" berkuasa, pemerintahan babak belur, negara hancur.
Tapi saya melihat justru demokrasi juga memberikan ruang yang sama besar atau bahkan lebih besar untuk mematahkan kerisauan tersebut, dalam artian bahwa demokrasi menjediakan kesempatan kepada orang pintar untuk dapat berkuasa dan mengendalikan pemerintahan sehingga pada akhirnja negara menjadi makmur.
Pertanjaannja selanjutnja adalah kenapa sampai hari ini Indonesia dan Aceh jadi sehancur ini?
Menurut saya ini terjadi karena orang pinter sudah terpenjara oleh kekhawatiran Socrates tersebut, sehingga mereka cenderung berfikir bahwa demokrasi hanja akan menggiring mereka dan juga jang lainnja ke dalam liang Utopis.
Sehingga akhirnja kebanjakan mereka yang "pinter" menjadi apatis dan cenderung membiarkan orang "bodoh" mengendalikan hidupnja, Cendikiawan, akademisi, ilmuan, ulama cenderung menjauhi dunia politik, sehingga orang "bodoh" semakin meraja.
Cukuplah ini membuktikan bahwa sebenarnja negara ini hancur bukan karena orang bodoh, tapi justru karena DIABAIKAN OLEH ORANG PINTAR.
Rasulullah SAW menginstruksikan kepada setiap muslim untuk mencegah kemungkaran dalam artian tidak membiarkannja, sesuai dengan batas wewenang dan kemampuan jang dimiliki, lantas cukupkah Orang pinter hanja menempatkan diri sebagai pembenci kemungkaran dalam hatinja saja? Sehingga ia tergolong orang jang paling dhaif imannja???
Lebih jauh dari itu juga kita bisa melihat bahwa, Rasulullah semasa hidupnja tidak pernah cuek dengan kehidupan Ummat, bahkan beliau sendiri jang berada di garis terdepan untuk meluruskan kehidupan ummat baik dengan memberikan pelajaran berupa nasehat-nasehat atau bahkan lebih jauh Rasulullah juga sebagai pemimpin politik, lantas Cukupkah Ulama, cendikiawan, ilmuwan cukup hanja perduli dengan pendidikan (dalam artian hanja mengajar saja?) Sementara mereka cuek dengan politik???
Bukankah akan lebih mudah menjelamatkan ummat ketika orang pinter dan baik telah mampu menjadi pengendali (penguasa) pemerintahan???
Kita suka mempersoalkan ketika kehidupan ummat semakin jauh dari ajaran agama, sementara kita begitu cuek dan acuh terhadap kehidupan ummat, ada regulasi hukum jang tidak agamis kita komplaint, ada kebijakan jang tidak syar'i kita komplaint, lantas ketika ruang untuk memperbaiki itu berada dihadapan kita kita abai, bukankah dengan lebih banjak orang baik jang peduli dan ikut berkompetisi maka kemungkinan orang baik berkuasa akan lebih besar?
Jang pada akhirnja akan memperbesar peluang memperbaiki kehidupan ummat?
Renugkanlah...
Saya tidak menafikan bahwa pendidikan itu penting, justru ketika orang baik turun kedunia politik dia akan menjadi panutan untuk orang lain.
"Kalau aku ada hanja untuk diriku, untuk apa aku ada?
Kalau aku tidak percaya pada diriku, siapa lagi yang hendak aku harapkan?" Demikian kata orang bijak.