Aliran sesat menghantui Aceh?
Kita semua bertanggung jawab.
Gambe: Bro, kok ureung Aceh akhei-akheinjo le that yang terlibat aliran sesat?
Gamblang: Oew...lageinjo bro...
Kadang ureung Aceh jang dron peugah sesatnjan cit meudari phon hana gepeurunoe agama le ureung chik jih i rumoh, jang na gepeudeh cit GIOK tiep malam, meurokon iman dari phon hana meudup, meugreb tan isya han.
Gambe: Tapi dipeugah karena le that misionaris di Aceh oh ban lheuh tsunami?
Gamblang: Njan njo tjit tapi menjoe ureung Aceh ka kong iman yah-yah misionaris jeut ka ba kenoe.
Gambe: Bek meu yah-yah that...
Gamblang: Ah sudahlah...upaya untuk memberantas paku di jalanan saja tidak cukup untuk melindungi kaki agar tidak tertusuk tapi juga harus pake sepatu/sendal agar kalopun ada duri tapi terlindungi dengan sepatu, menjo perle silop ka yu jak bak kede lon beh!
Gambe: Maksud lo?
Gamblang: Karena yah dale ngon GIOK sampoe aneuk-aneuk hana geteme perunoe ilme agama, Tuhan tan dituri droe tan dituso.
Nah...
Dari dialog di atas dapat kita pahami bahwa salah satu penyebab maraknya aliran sesat di Aceh adalah kurangnya perhatian orang tua terhadap pendidikan anaknya, sehingga aqidah anak tidak terbina dengan baik yang pada akhirnya akan begitu rapuh dan mudah untuk di "goyang".
Rasulullah SAW bersabda: "Tidak ada anak yang dilahirkan (kedunia) kecuali dalam keadaan fitrah (Islam), maka Orang tuanyalah yang (membuat anak) jadi yahudi, nasrani atau majusi" (al-hadits)
Dalam hadits di atas dengan begitu gamblang dijelaskan bahwa orang tualah yang membuat seorang anak itu tetap fitrah (Islam) atau sebaliknja Yahudi, Nashrani atau Majusi.
Nah dapat dipahami bahwa baik buruk seorang anak sangat tergantung pada Orang tua apakah dia mampu dan mau membina anaknya dengan baik? Dengan memberi di kebutuhan jasmani dan rohani dengan baik? Atau orang tua hanya peduli dengan kebutuhan jasmaninya saja? Sehingga rohani (aqidah) anak tidak dibina sama sekali yang pada akhirnya akan begitu mudah terpengaruhi dengan "aliran sesat".
Secara lebih luas dapat dipahami bahwa baik buruk seorang anak sangat tergantung pada sebaik apa pendidikan yang dia dapat dari orang tuanya.
Dalam dialog di atas juga disinggung masalah adanya misionaris yang menyebabkan maraknya aliran sesat. Hal ini juga tidak bisa dinafikan, tetapi pada dasarnya seorang anak bisa terlibat dengan aliran sesat juga tidak terlepas dari ketidak pedulian orang tua, kadangkala orang tua tidak pernah mau tau sama sekali dengan apa yang dilakukan anaknya di luar rumah sehingga sang anak akan mendapatkan "kebebasan tanpa batas" untuk bergaul dengan siapa saja.
Hal ini kemudian dimanfaatkan oleh misionaris tadi untuk mempengaruhi sang anak, namunpun demikian jika anak telah dibekali dengan aqidah yang kuat maka pengaruh tersebut tidak akan dengan begitu mudah menggoyahkan nya.
Lebih jauh kita bisa melihat kenapa sampai orang tuanya tidak peduli dengan pendidikan anaknya? Hal ini juga bisa dikarenakan oleh berbagai hal misalkan ada orang tua yang memang tidak paham sama sekali dengan ilmu agama ditambah lagi kurangnya kesadaran akan pentingnya hal tersebut sehingga ia tidak bisa mengajarkan aqidah untuk anaknya dan juga tidak berinisiatif untuk memasukkan anaknya ke lembaga pendidikan yang dapat membina anaknya dengan baik.
Selain itu bisa saja orang tua paham tapi lalai dengan kesibukannya sendiri semisal asik asah batu GIOK sehingga tidak sempat memberikan perhatian yang baik pada anaknya.
Di sisi lain jika dikaji lebih jauh salah satu penyebab mudahnya aliran sesat masuk ke Aceh adalah karena faktor ekonomi, kita sering membaca di berbagai media bahwa setelah diungkap ternyata para misionaris tersebut bergerak dengan memanfaatkan kondisi perekonomisn rakyat Aceh yang sangat buruk sehingga orang dengan sangat mudah terpengaruh karen desakan ekonomi.
Rasulullah SAW mengatakan "Kemiskinan/kefakiran dekat dengan kekufuran" (Al-Hadits). Dalam hadis ini jelas Rasulullah mengatakan bahwa kemiskinan merupakan salah satu penyebab kekufuran dan hal ini telah terbukti benar melalui berbagai realitas yang terlihat akhir-akhir ini.
Jika kita mau menarik lebih jauh lagi kita juga bisa melihat dalam hal ini bahwa pemerintah sebenarnya ikut bertanggung jawab atas kondisi yang sangat menyedihkan ini, kemiskinan yang terjadi sejatinya tidak terlepas dari tanggung jawab pemerintah, kita bisa melihat dalam realitas di mana keadilan dan kepedulian semakin langka, korupsi juga di mana-mana sehingga kemiskinan semakin meraja.
Rasulullah SAW telah mengingatkan dalam hadits bahwa: "Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang di pimpim" (Al-Hadits).
Jelas dalam hadits di atas pemimpin ikut bertanggung jawab kemiskinan dan kekufuran yang terjadi pada rakyatnya.
Intinya kita semua tidak pernah lepas dari tanggung jawab jika kita belum mampu menunaikan tanghung jawab kita dengan benar sesuai dengan aturan Allah, semakin tinggi dan besar jabatan kita maka semakin besar tanggung jawab kita.
Setiap pribadi bertanggung jawab atas dirinya dan setiap orang tua bertanggung jawab atas keluarganya demikian seterusnya sampai Geucik, Camat, Bupati/Walikota, Gubernur dan juga President.
Akhirnya penulis berharap kita semua bisa saling introspeksi diri apakah sudah tuntas tanggung jawab kita? Jika belum mari kita sama-sama perbaiki diri, tunjukkan kepedulian kita pada keluarga, masyarakat dan bangsa agar kita semua selamat dunia dan akhirat.
Asik asah GIOK bisa menyesatkan?