JIKA SAYA TERPILIH...
Jika saya menang, Saya akan membikin Aceh layaknya Singapura, saya akan mengurangi angka kemiskinan, saya akan tingkatkan mutu pendidikan. Ya demikianlah teriakan-teriakan yang diteriakkam oleh kontestan pilkada demi meraup Sempati rakyat agar memilihnja di bilik suara.
Sejatinya apa yang di utarakan itu adalah gagasan briliant dan ide spektakuler, tapi bagaiaman cara merealisasikannja? Ini bukan perkara mudah tentunja, hanya orang-orang special bin luar biasa yang mampu dan punja strategi real untuk mewujudkan itu!
Adakah program kongkrit yang bisa meyakinkan kita semua akan bahwa “mimpi” itu akan bisa direalisasikan sehingga rakyat Aceh benar-benar bisa hidup sejahtera? Ini pertanyaan penting agar kita tidak terbuai dan terlena bin terpesona yang akhirnya akan membuat kita terperosok berkali-kali ke lubang "kehancuaran" yang sama.
ALKISAH, di Aceh pernah lahir seorang Gubernur dari rahim perlawanan atas ketidak adilan ibu pertiwi merah putih, iya, sosok itu adalah seorang yang keras kepala, blak-blakan, bernyali besar setengah gila dan berkeahlian sebagai juru propaganda yang bisa menyulap orang biasa-biasa saja menjadi sosok yang paling disegani dan ditakuti. Sebagai ahli propaganda dia punya syarat yang sempurna untuk dihandalkan, betapa tidak, seorang Muzakkir Manaf saja bisa dicitrakan sebagai Panglima Perang yang bisa memiloti pesawat terbang, luar biasa bukan??? Itu dulu!
Nah kali ini kita berbicara masalah pembangunan, layaknya kalimat pembuka tulisan ini, kita ingin membangun negeri bekas perang agar menjadi negeri makmur nan jaya, bagaimana caranya? Mungkinkah? Mudahkah? Adakah yang bisa?
Pertanyaan di atas adalah pertanyaan yang tidak mudah dijawab, sekedar klaim dan beropini mungkin bisa dan mudah, tapi ingin menunjukkan bukti kongkrit dan aksi nyata ini adalah pekerjaan maha susah yang tidak bisa diwujudkan oleh sembarang orang.
Membangun negeri tentunya adalah pekerjaan yang tidak bisa dilakukan seorang diri layalnya tukang sulap yang menyulap penonton dengan sejuta trik tipu-tipu alias kibul-kibulan bermantrakan sim salabim. Membangun negeri harus dilakukan secara kolektif oleh segenap pihak yang tentunya punya peran yang berbeda untuk saling mengisi dan melengkapi.
Dalam konteks sistem yang berjalan di negeri kita misalkan, untuk membangun negeri butuh kerjasama antara eksekutif dan legeslatif yang sama-sama perpanjangan tangan rakyat, yang sangat menentukan arah pembangunan negeri ini lewat kebijakan-kebijakan dan program-program yang akan dijalankan.
Dengan sistem ini eksekutor (Gubernur) punya peran yang sedikit lebih besar jika dibandingkan dengan mitranya di legislator (DPRA), artinya keberadaan eksekutor handal dan cerdas lebih menentukan dalam kerja kolektif membangun negeri ini, sesuai dengan sistem yang berlaku.
Kembali ke persolan dasar tadi bagiamana cara membangun negeri Aceh yang bekas perang agar makmur laykanya Singapura? Iya itu masalahnya, konon di Aceh terutama pasca normalisasi hubungan Aceh dengan Indonesia (MoU) telah terlahir dua orang Gubernur yang dua-duanya dari rahim yang sama yaitu GAM.
Di periode pertama meski tidak resmi secara konstotusional atas nama GAM, tapi GAM berhasil merebut Aceh lewat anak bandel nan cerdasnya bernama Irwandi Yusuf di eksekutif (2006-2011) dan disusul dengan keberhasilan merebut 33 kursi dari 68 kursi legeslatif (2009-2014).
Sebagai mantan pemberontak, Irwandi yang mengendalikan eksekutif telah menunjukkan bukti bahwa pemberontak itu tidak bodoh, pemberontak itu bisa membangun negeri, pemberontak itu mampu menjadi pioner pembangunan untuk negerinja sendiri bahkan menjadi inspirator bagi saudaranya yang lain yang tidak sebandel mereka, cuma saja mereka tidak mudah diatur.
Lalu mana buktinya mereka mampu membangun negeri?
Terkait hal ini, saya akan menguraikan sedikit keberhasilan yang pernah diraih di tengah keterbatasan dan sejuta persoalan yang menyelimuti tanah Aceh yang baru saja keluar dari konflik dan bencana tsunami.
Kala itu di masa pemerintahan Irwandi Yusuf, di Aceh pernah dijalankan beberapa program spektakuler yang bahkan di Indonesiapun belum ada yang mampu merealisasikannya meskipun sudah "haq" nya adalah tanggung jawab negara yang wajib direaliasiskan oleh siapapun yang berkuasa.
Pertama, Program #JKA misalkan, untuk apa program ini? Apa korelasinya dengan pembangunan negeri? Kita harus pahami bahwa kesehatan adalah salah satu kebutuhan asasi manusia, omong kosong kita bicara kemajuan jika rakyatnya sakit, artinya kesehatan ini jadi sangat krusial untuk pembangunan sebuah negeri, bagaimana #SDM bisa ditingkatkan jika rakyatnya sakit? Bagaimana PAD bisa ditingkatkan jika SDM nya bermasalah?
Nah atas dasar itu negara wajib menjamin agar setiap warganya bisa hidup layak termasuk rakyat punya fisik yang sehat agar bisa bekerja untuk memajukan negeri.
Dan spektakulernya lagi kewajiban negara ini berhasil direalisasikan pertama sekali oleh seorang Irwandi yang didukung oleh koleganya sesama mantan pemberontak, artinya sebagai eksekutor Irwandi telah berhasil mewujudkan dan meralisasikan satu dari sekian banyak kewajiban negara bagi rakyatnya yang oleh President sekalipun belum mampu merealisasikannya kala itu.
Ke dua, #ProgramBeasiswa, nah pembangunan SDM itu bukan hanya terkait fisik yang sehat, tapi juga harus dibangun intelektualitasnya, artinya tanpa intelektuliatas yang memadai manusia yang sehat dan kuat tidak akan bisa membangun negeri, selain itu pendidikan juga merupakan salah satu hak asasi warga negara yang wajib dijamin dan dipenuhi oleh negara dan sekali lagi Irwandi berhasil merealisasikannya lewat program beasiswa pendidikan dari tingkat dasar bahkan hingga perguruan tinggi dalam dan luar negeri hingga S3 sekalipun.
Sebagai modal utama pembangunan pada periode kepemimpinannya Irwandi Yusuf telah melakukan langkah-langkah besar yang sangat Fundamental untuk memajukan negeri ini, apakah sampai di situ saja? Tidak!
Ke tiga, Program #BKPG yang bertujuan membangun infrastruktur negeri yang berantakan dikala perang yang dimulai dari Gampong, artinya selain fokus pada SDM Irwandi Yusuf tidak melupakan Infrastruktur dan spesialnya ia memulai dari bawah, yang akhir-akhir ini diikuti oleh progam nasional yang diberi "label" Dana Desa, dengan adanya pembangunan infrastruktur yang dimulai dari bawah diharapkan pemerataan pembangunan bisa direalisasikan lebih cepat dan berkeadilan tentunya tanpa memilah milih antar satu kabupaten dengan kabupaten lainnya.
Selain itu seiring dengan pemerataan pembangunan program BKPG ini juga bisa membuka lapangan kerja baru bagi rakyat Aceh yang pada akhirnya akan mengurangi angka pengangguran dan juga kemiskinan, artinya program ini punya peran ganda selain pembangunan fisik juga bisa mengentaskan kemiskinan secara beriringan.
Nah tiga program tersebut merupakan sedikit bukti dari keberhasilan pembangunan Aceh di tengah sejuta persoalannya di tangan mantan pemberontak di periode pertama. Keberhasilan itu bahkan telah memicu dan memancing penguasa di Jakarta untuk melakukan hal yang sama yang pada dasarnya adalah tanggung jawab negara bagi rakyatnya. Misalnya #JKA yang di tingkat Nasional direaliasikan delam bentuk #BPJS, #BKPG yang dalam konteks nasional telah berwujud menjadi Dana Desa dan lain sebagainya.
Lalu bagimana dengan periode ke dua di tangan ZAINI dan MUZAKKIR? Silahkan anda menilai sendiri!
Nah apakah Aceh sudah maju? apakah segenap persoalan yang melilit Aceh sudah terselesaikan? tentu tidak, tapi setidaknya Irwandi Yusuf telah berhasil meletakkan dasar-dasar penting yang akan sangat menentukan pembangunan Aceh kedepan, sekarang tahunnya pilkada, kita sempat menikmati kehidupan di bawah Kepemimpinan Irwandi Yusuf (2006-2011) dan kemudian beralih ke tangan Rezim #Zikir (Zaini Abdullah dan Muzakkir Manaf), kiranya kita bisa mengambil kesimpulan dan membedakan mana pemimpin yang bisa membangun Acehdan mana yang tidak?
Pun begitu saya berharap agar rakyat Aceh tidak salah dalam memilih pemimpin dan semoga saja yang terpilih oleh mayoritas rakyat Aceh nantinya adalah orang benar-benar mau dan mampu berkerja untuk memajukan Aceh.
Kita berharap Aceh ke depan bisa kembali bangkit melanjutkan pembangunan yang sempat tertunda hingga Aceh benar-benar menjadi layaknya Singapura yang sudah terlebih dahulu maju dan Jaya.
Aamiin...