PILKADA, MATA HARI KEMBAR DAN POLITIK CUCI TANGAN!
Setelah saya cermati perkembangan politik dan pemerintahan di Aceh pasca damai, saya mencoba menganalisis dengan berbagai data dan pertimbangan yang saya punya, kemudian saya menjimpulkan pasangan kepala daerah dari satu partai pun pada akhirnja akan pecah kongsi karena berebut pengaruh, sehingga ditengah perjalanan akan terjadi saling begal membegal dan akhirnja saling menjalahkan baru di akhiri dengan "Cuci Tangan" dan bubaran!
Setidaknja ini terjadi karena:
1. Dua-duanja punja ambisi pribadi, sehingga periode bersama itu "ingin" mengumpulkan modal masing-masing untuk maju terpisah di periode selanjutnja.
2. Dua-duanja memiliki pembisik dan pembusuk masing-masing dalam artian tidak bekerja atas dasar rumusan bersama.
3. Dua-duanja menomor tigakan kepentingan rakyat.
Resolusi terbaik menurut saya:
1. Yang harus dipilih saat pilkada adalah Kepala daerah saja sesuai dg UU PILKADA terbaru, dan Wakilnja harus bisa "dipilih" oleh Kepala daerah terpilih sehingga bisa lebih besar kemungkinan bisa bekerja lebih sinergi.
2. Kalaupun harus memilih kepala daerah dan wakil secara berpasangan, maka sebaiknja antara kepala daerah dengan wakil "tidak boleh" sama besar, dalam artian Wakil tidak sampai melampau kapasitas kepala daerah, serta kerja wakil harus "bisa difeto" oleh kepala daerah.
Whah jni ekstreeem...
Tapi setidaknja jikapun gagal maka kepala daerahlah yang bertanggung jawab pada rakyat, tidak perlu mencari kambing hitam lagi dan pastinja tidak ada lagi Mata Hari kembar yang akan saling berebut menyinari sehingga yang terjadi malah kegelapan.
Eh...
Salah?
Sila tanggapi dan berikan argumen serta pendapat anda.
Ini negara demokrasi hak anda membantah sama besar dengan hak anda untuk mendukung!
TIDAK PERLU ADA DUA IMAM UTAMA DALAM SEBUAH JAMAAH!