Terkait
wacana kedatangan Dubes Myanmar yang akan mengunjungi para pengungsi Rohingya
yang terdampar di Aceh setelah melarikan diri dari negerinya karena mendapatkan
penindasan dari kelompok teroris Budha dan tidak mendapatkan perlindungan dari
negaranya yang dikuasai oleh "pengecut" Militer, para netizen di Aceh
dengan lantang menyerukan untuk menolak kedatangan Dubes Myamar tersebut,
berbagai tanggapan yang bernada kecamanpun menyeruak, misalnya melalui laman Master Ramadhan menuliskan "Saya menduga kunjungan dubes Myanmar ke Aceh malah akan membuat
pengungsi Rohingya tersakiti.
Betapa tidak? Jelas-jelas dalam kasus Rohingya pemerintah myanmar melakukan pembiaran dan
bahkan "juga" ikut membantai warga negaranya sendiri (yang ditolak
untuk diakui)".
sementara Menurut Mantan Wali
Kota Sabang Munawar Liza
Zainal "Pendatang Rohingya yang terdampar ke Aceh,
diduga keras melarikan diri untuk menyelamatkan nyawa mereka yang terancam
di Myanmar, dan di sana negara berdiam bahkan turut terlibat dalam pembantaian
atas etnis tersebut, Ada berita, pemerintah Myanmar yang pengecut itu mau
mengirimkan duta besarnya untuk Indonesia untuk mengunjungi pengungsi Rohingya,
Munawar Liza melanjutkan "Saya yakin, kunjungan dubes tersebut sangat
berbahaya kepada pengungsi, membuat mereka trauma dan justru membahayakan
saudara-saudara para pengungsi yang mungkin masih tinggal di sana
Saya dulu pernah menolak permintaan kedubes Myanmar yang hendak mengunjungi
pengungsi di Sabang, dan hanya membolehkan UNHCR dan IOM serta lembaga-lembaga
internasional untuk bertemu dengan pengungsi. Hanya dubes Amerika Serikat yang
kami bolehkan, sebab waktu itu mendukung agar pengungsi tidak dipulangkan"
Senada dengan itu Menurut Nur Djuli "Bahkan kalau bisa Rakyat Aceh sambut
dubes Myanmar dengan demo besar dan jangan biarkan menginjak tanah Aceh. Dr.
Zaini agak pelupa orangnya. Beliau bahkan sudah minta PemRi, ketika jumpa Pak
Murdoko, supaya pengungsi Myanmar segera dipulangkan. Kalau Dr. Z dulu di
Semenyih,Malaysiakini,
bukan di Singapore sebelum ke Sweden, mungkin beliau akan merasa bagaimana
"pemberontak" diperlakukan ketika dipulangkan. Beliau harus baca
Rumah Gedung (Karya istri Dr. Otto Syamsuddin Ishak) supaya bisa teringat
kembali sedikit.
SOLUSI UNTUK ROHINGYA!
KINI
kita kedatangan lagi tamu istimewa, warga etnis Rohingya yang teraniaya dan
terusir dari negara Myanmar. Mereka tidak pandai berpolitik, miskin sumber daya
manusia dan sumber daya alam. Ini adalah persoalan yang sangat menyulitkan kita
semua, karena menyangkut hubungan antar-bangsa, problem internasional dan etika
kemanusiaan. Meskipun demikian kita patut curahkan pikiran untuk mengatasi
persoalan ini.
Opsi lokalisasi penduduk etnis
Rohingya atau hidup berbaur dengan orang Aceh, saya pikir tidak akan menyelesaikan
masalah, karena akan terjadi perpindahan penduduk Rohingya dalam skala besar.
Selain itu juga akan menghapuskan legislasi status kependudukan etnis Rohingya
di Myanmar. Tapi mengajak duek pakat atau menggelar konferensi internasional
membicarakan persoalan ini adalah efektif untuk dilakukan, dan Aceh akan
bertindak sebagai fasilitator.
Selain
itu kita perlu mendesak Myanmar untuk menyelesaikan persoalan ini, karena di
tangan merekalah masalah akan terselesaikan. Mendesak Myanmar bisa dilakukan dengan
cara kerja sama ASEAN, memberikan sanksi tegas kepada Myanmar, memutuskan
hubungan bilateral dan mengeluarkannya dari keanggotaan ASEAN.
Para
mahasiswa, Ormas dan Pegiat HAM di Aceh harus menggalang kekuatan untuk
melakukan usaha di atas, membuat konferensi internasional dan melakukan unjuk
rasa. Sejujurnya persoalan ini perlu langkah tegas dan praktis, karena kalau
hanya memberikan tempat tinggal sementara, lalu memulangkan kembali mereka ke
Myanmar, tanpa kepastian, tahun selanjutnya mereka akan terdampar lagi.
Saya pikir, saat ini Aceh telah
menjadi tuan rumah untuk melakukan agenda ini, kita perlu berkontribusi
langsung kepada dunia. Jangan hanya bersikap apatis dan menunggu uluran tangan
internasional saja, seperti selama ini terjadi. Persoalan ini adalah jangka
panjang. Jika saja kita mampu menyelesaikan persoalan ini, maka ke depan Aceh
akan berwarna lebih cerah lagi di mata internasional. Semoga pemerintah Aceh
mengambil sikap tegas dan futuristik. Hal ini diutarakan oleh Syamsul Bahri Al-Mardawy
yang dikenal peduli terhadap perkembangan social di Aceh.