RUMUS REKONSILIASI
R = A1+E2-E1-INDs
Wacana rekonsiliasi telah lama digaungkan, akankah terwujud?
Berkaitan dengan wacana Rekonsiliasi antara E2 dengan A1 berikut analisa saya terhadap peluang dan tantangan yang akan dihadapi.
TANTANGAN REKONSILIASI.
Pertama kita harus menjadari bahwa wacana rekonsiliasi antar A1 dengan E2 tidaklah semudah kita mempertemukan dua orang yang pernah bersiteru.
Tentunya apapun yang dilakukan baik perang ataupun damai akan selalu ada yang namanja pro dan kontra baik dari internal maupun dari eksternal, begitu juga dengan rekonsiliasi, jadi jika pro dan kontra ini bisa dikelola dan diselesaikan dengam baik maka baru rekonsiliasi akan terwujud.
Tantangan di kubu A1
Dikubu A1 sendiri kita ketahui ada banjak faksi atau setidaknja ada terdiri dari berbagai tipe oknum, ada yang murni orang dalam A1 dan ada juga yang merupakan penyusup atau yang disusupkan (INDs). Kenapa saya mengatakan demikian? Karena disadari atau tidak jika A1 bergabung dengan E2 makan kolaborasi ini akan sangat sulit dikendalikan, sehingga diluar sana banjak pihak yang tidak menghendaki terealisasinya Rekonsiliasi A1&E2 ini.
Bagi kubu A1 untuk mengatur orang asli A1 tidak terlalu sulit mengingat dikubu ini aroma komando masih sangat kental jadi jika Pimpinan A1 bilang A maka kemungkinan A akan terwujud, sementara di sisi lain di kubu ini juga dihuni oleh orang-orang yang menjusup (oportunis) dan ada juga yang sengaja disusupkan oleh INDs, yang keduanja yang menjusup atau disusupkan ini sama-sama berpotensi mengganjal secara halus maupun kasar proses rekonsiliasi yang diwacanakan. Mereka tidak pernah rela kehilangan pengaruh dan pengaruh tersebut akan dengan sendirinja hilang atau berkurang jika E2 bergabung dengan A1, karena sebenarnya benturan antara A1 dengan E2 sebelumnja sedikit banjak di akibatkan oleh kelicikan penjusup atau yang disuspkan ini (INDs), di samping juga perananan E1 yang mulai tersingkir atau disingkirkan oleh A1. Kendala lain adalah "Prospek dan Ego" Elit A1 satu sendiri yang memiliki pengaruh sangat kuat melebihi pengaruh E2 yang pada akhirnja kemungkinan akan ada keinginan untuk mendominasi. Dan ini kelihatannja akan sengaja dimanfaatkan oleh INDs untuk menghalangi pengaruh E2.
Tantangan di kubu E2.
Sama dengan kubu A1 tentunja kubu E2 juga punja Ego atas senioritas dan pengalaman mereka, jadi kemungkinan akan ada keinginan untuk berada di atas, dan hal ini sepertinja tidak akan mudah. Selain itu di kubu E2 sendiri bukannja tidak ada pro dan kontra, karena di kubu ini banjak dihuni oleh orang-orang yang merasa "pernah menjadi korban" ketika E2 berseberangan dengan E1plus A1, bedanya di kubu E2 suasana terkesan lebih demokratis dibanding dengan kubu A1 yang cederung otoriter, kubu E2 ini sebenarnja lebih mudah diajak bicara, namun penjelesaian PR di kubu E2 bisa jadi akan lebih runjam dan juga sebaliknja bisa jadi lebih mudah hal ini tergantung dari cara mereka bicara atau tingkat rasionalitas dari alasan-alasan yang ditawarkan untuk merealisasikan rekonsiliasi tersebut.
Misalnja karena di pihak E2 ada yang pernah menjadi korban dari pergesekan yang pernah terjadi antar E2 dengan A1 plus E1 sebelumnja, maka salah satu penyelesaiannja yang mungkin dibutuhkan adalah harus ada pengakuan dan permintaan maaf dari mereka yang dianggap sebagai pihak pelaku kepada pihak yang menjadi korban dari persaingan sebelumnja.
Selain itu ada juga di kubu E2 yang cenderung berfikir bahwa sudah seharusnja mereka bertahan di kubu masing-masing karena memang ada perbedaan prinsip antara E2 dengan A1, namun hal ini bisa terjawab jika kita melihat secara lebih objektif sebenarnja perbedaan antara E2 dengan A1 tidak terlepas dari peran E1 yang hari ini sudah berseberangan dengan A1 jadi perbedaan itu "dengan sendirinja" berkurang.
Nah PR ini harus diselesaikan terlebih dahulu oleh masing-masing pihak, karena PR itu merupakan syarat utama untuk merealisasikan Rekonsiliasi yang diinginkan.
PELUANG REKONSILIASI
Intinja Rekonsiasi akan lebih mungkin terwujud jika syarat untuk itu telah mampu dipenuhi oleh kedua pihak artinja kedua pihak sudah harus lebih dulu menjelesaikan PR masing-masing.
Jika ini sudah selesai dan tuntas dengan setuntas-tuntasnja maka langkah selanjutnja yang harus ditempuh adalah "duek pakat raya" untuk merumuskan Grand Desain atau Road map yang akan dijadikan draft yang akan dipedomani bersama tentunya lengkap dengan prospek semua pihak yang akan bergabung, serta harus ada pembagian wewenang yang jelas agar tidak ada pihak yang saling mengklaim hak dan kewenangan pihak lain yang pada akhirnja malah akan melahirkan masalah baru.
Selain itu juga harus dibentuk badan atau semacam lembaga etik yang diisi oleh perwakilan kedua kubu, yang berwenang untuk menyelesaikan jika natinja timbul persoalan susulan antar kedua pihak yang barangkali ada yang belum sepenuhnja selesai dan yang paling penting adalah adanja kepastian atau jaminan akan berjalannya demokrasi sebaik mungkin dalam "wadah" rekonsiliasi atau koalisi tersebut.
Jika hal ini tidak dicermati dan diperhatikan dengan baik maka dikhawatirkan kebersamaan E2 dan A1 itu tidak akan berlangsung lama.
Jadi butuh pertimbangan tingkat tinggi untuk melangkah meskipun di depan sana menawarkan harapan yang begitu besar, tetap saja kita tidak boleh mengabaikan kerikil-kerikil kecil yang seharusnja lebih utama harus diselesaikan.
(Menjaga orang yang setia ketika kita ketika berderai air mata itu lebih susah daripada mencari setumpuk atau segudang senyumakan ketika kita bahagia)