ISLAM ITU TIADA DUANYA!
(MEMAHAMI ISLAM DENGAN STUDI KOMPARATIVE)
“Dan Orang Ganteng itu pun berteriak di rumahnya “Akulah yang paling ganteng di
rumah ini” “Akulah yang
paling ganteng di desa ini” atau
bahkan “Akulah orang yang
paling ganteng di dunia ini!” setelah
ia membandingkan dengan kegantengan pria-pria lainnya yang ada diluar sana.”
“Islam itu tinggi, tidak ada yang mampu melampaui
ketinggian Islam”, demikianlah isi sabda Rasulullah SAW yang sering kita
jadikan hujjah bahwa Agama Islam adalah agama yang paling mulia. Yang paling
benar. Yang paling pantas untuk dijadikan sebagai pegangan dan pedoman untuk
memperoleh keselamatan dunia dan akhirat sesuai dengan makna kata Islam itu
sendiri yang berasal dari kata “salima”
yang berarti selamat.
Adalah fakta secara normative baik dalam ayat Al-Quran
maupun dalam hadits Nabi SAW telah ditegaskan bahwa Islamlah satu-satunya Agama
yang paling benar dan satu-satunya Agama yang diterima di sisi Allah SWT, misalanya
dalam Firman Allah SWT “Sesungguhnya
agama (yang benar) di sisi Allah ialah Islam… (Ali ‘Imran: 19). Dalam ayat tersebut
Allah dengan sangat jelas menegaskan bahwa Agama yang “diterima dan benar” di
sisi Allah adalah agama Islam.
Dalam Ayat lain Allah SWT juga menegaskan bahwa “Maka mengapa mereka mencari
agama yang lain selain agama Allah, padahal apa yang ada dilangit dan di bumi
berserah diri kepada-Nya, (baik) dengan suka maupun terpaksa dan hanya
kepada-Nya-lah mereka dikembalikan?” (Ali
‘Imran: 83). Jelas dalam ayat ini Allah SWT menegaskan bahwa semua yang ada
didunia ini tunduk kepada Allah SWT baik suka maupun terpaksa, mengapa ada
orang yang mencari agama selain agama Allah (agama Islam)?.
Beranjak dari ayat dan hadits yang telah terkemukakan di
atas secara normative jelaslah bagi kita yang telah beriman kepada Allah serta
firman-Nya serta kepada Rasulullah disertai dengan keyakinan akan kebenaran
sabdanya jelas bagi kita bahwa dengan tidak ada keraguan sedikitpun Agama Islam
itu paling mulia, paling benar dan satu-satunya Agama di sisi Allah tidak akan
ada agama lain yang bisa menandingi kesempurnaan dan ketinggian agama Islam
meskipun kita hendak mencarinya dengan suka atau terpaksa sekalipun.
Jika Allah SWT telah menegaskan demikian mengapa kita harus
ragu?
Namun demikian untuk memperkuat dan menambah keyakinan
tersebut yang didasarkan pada dalil (penguat) naqli (nash) tidak salahnya juga
kita bisa memperkuat keyakinan kita tersebut dengan didukung oleh dalil-dalil
‘aqli yang secara fitrah tidak pernah bertentangan dengan “kebenaran” yang
didasarkan pada keterangan dalil Naqli yang ada dalam hadits dan ayat Al-quran.
Dalam kajian metodologi studi Islam selain melalui pendekatan
normatif juga di istilahkan
dengan pendekatan tekstual karena ia menekankan signifikansi
teks-teks sebagai sentral kajian Islam dengan merujuk pada sumber-sumer
suci dalam Islam, terutama Al-Quran dan Hadits. Dengan kata lain dengan pendekatan ini
Islam dipahami berdasarkan dalil dan keterangan yang ada dalam ayat dan hadits
serta aturan syari’at lainnya sebagaimana yang sering kita gunakan dan
praktikkan selama ini, masih terdapat berbagai pendekatakan lainnya yang dapat
kita gunakan untuk dapat memahami Islam agar pemahaman Islam kita semakin
lengkap dan akan lebih mempermudah kita dalam mendakwahkan agama Islam.
Salah satu pendekatan yang bisa digunakan dalam upaya
memahami Islam secara komperhensif adalah dengan menggunakan
pendekatankomparatif, yaitu
yang secara sederhana bisa diartikan dengan
membandingkan antara satu objek dengan objek
lainnya. Dalam konteks kajian Islam dengan pendekatan ini kita akan memahami
Islam dengan membandingkan Islam dengan agama selain Islam.
Misalnya dengan membandingkan Tuhan yang disembah ummat Islam dengan tuhan yang disembah oleh penganut agama
lain, kitab suci yang dijadikan pegangan oleh ummat
Islam dengan kitab suci yang digunakan oleh agama selain
Islam, cara beribadah yang berlaku dalam agama Islam dengan cara beribadah yang digunakan oleh Agama selain Islam, tata cara perkawinan yang berlaku dalam Islam dengan aturan perkawinan yang ada dalam agama lainnya, system ekonomi yang berlaku dalam Islam dengan system ekonomi yang diberlakukan dlam agama selain
Islam, system pewarisan
(Faraid) yang di atur dalam
Islam dengan system pewarisan yang diterapkan dalam agama selain
Islam, hubungan laki-laki
dengan perempuan dalam agama
Islam dengan hubungan
laki-laki dengan perempuan yang
berlaku dalam agama lain.
Dalam menggunakan pendekatakan komparatif ini kita harus mengetahui
terlebih dahulu bagaimana Islam memperlakukan dan memandang semua itu bukan
dari apa yang biasa dilakukan oleh muslim yang terkadang sesuai dengan ajaran
Islam tapi juga mungkin saja di lain kesempatan bertentangan dengan ajaran
Islam namun telah menjadi kebiasaan (adat) yang pada akhirnya dilihat sebagai
sebuah kebenaran. Tapi kita harus benar-benar mengenal Islam dengan semua norma
dan aturan baik dalam tataran hambulumminallah maupun dalam aspek
hablumminannas dengan mengacu pada syari’at dan aturan yang ada dalam Islam
dengan mengacu pada sumber ajaran Islam yaitu Alquran dan Hadits maupun pada
Ijma’ ulama (Ijtihad kolektif).
Setelah kita mengkaji dan mengenal Islam dari sumber
aslinya baru kemudian kita menkomparasikan masing-masing aspek baik dari
keyakinan maupun dalam aspek mu’amalah yang berlaku dalam Islam dengan aturan
dan norma yang berlaku dalam ajaran selain Islam, sehingga kita benar-benar
menemukan kelebihan
ajaran Islam yang selama
ini kita yakini dan kelemahan yang ada dalam ajaran selain Islam,
sehingga kita semakin yakin akan ajaran Islam bukan hanya didasarkan pada
keterangan teks semata, tapi kita juga bisa menemukan
kelebihan ajaran Islam atas
ajaran agama lainnya secara lebih nyata dalam kehidupan sehari-hari atau secara
lebih kontekstual, yang apada akhirnya akan semakin mepertebal keyakinan kita
akan kebenaran ajaran Islam yang kita anut.
Setelah melakukan studi komparatif tadi yang adapat
menambah pengetahuan kita akan kebenaran yang ada dalam ajaran Islam dan juga mengenali kelemahan yang ada dalam ajaran agama selain
Islam, yang bisa kita gunakan untuk mempermudah
pekerjaan kita untuk mendakwahkan non muslim untuk memeluk agama Islam tentunya dengan mengajukan berbagai
argument yang dapat meyakinkan mereka bahwa Islam benar-benar merupakan agama
yang paling pantas, paling tinggi dan paling kuat kebenarannya yang akan bisa
memberikan keselamatan dunia dan akhirat, sehingga non muslim yang akan kita
dakwahkan tersebut akan memeluk Islam sebagaimana yang kita harapkan agar kita
dapat menyahuti seruan Allah untuk berdakwah dimuka bumi ini.
Intinya kebenaran yang didukung oleh dalil ‘aqli (nalar)
hasil dari studi komparatif ini akan sangat bermanfa’at bagi kita ketika kita
hendak mendakwahkan agama Islam kepada non muslim, bukankah itu merupakan
sebuah kelebihan yang akan kita dapatkan setelah membandingkan Kelebihan ajaran
islam dengan kelemahan ajaran agama selain Islam?
Dalam ayat lain Allah SWT juga berfirman: “Serulah kejalan Tuhanmu
dengan dengan bijaksana (hikmah) dan mau’idhah hasanah”(Qs An-Nahl: 125). Demikianlah seruan Allah SWT
kepada manusia agar senantiasa berdakwah ke jalan Allah SWT dengan bijaksana.
Untuk menyahuti seruan Allah SWT dal;am berdakwah tersebut
kiranya, kita tidak juga boleh melakukan secara sembarangan dan seadanya tapi
sudah seharusnya kita terus berupaya mencari cara atau pendekatan yang paling
tepat agar kita dapat memeperteguh keyakinan kita sebagai muslim kepada Allah
dan juga semaksimal mungkin kita harus senantiasa terus mencari cara (metode)
agar dapat terus mendakwahkan agama Islam kepada non muslim, sebijaksana dan
seefektif mungkin agar seruan Allah untuk berdakwah tersebut bisa kita penuhi
secara maksimal dan sebaik mungkin.
Intinya Allah memerintahkan agar kita mengutamakan
kebijaksanaan dalam berdakwah, kita harus berdakwah seramah mungkin. Sesuai
dengan tempat dan kondisi di mana kita berdakwah, sesuai dengan perkembangan
zaman, sesuai dengan kondisi social masyarakat di mana kita menjalankan dakwah
tersebut.
Dalam konteks Aceh hari ini yang mayoritas penduduknya
beragama Islam dan dengan kondisi social masyarakat Aceh seperti hari ini, kita
harus berdakwah dengan cara yang sesuai dengan kondisi di Aceh, memang tidak
salah ketika kita mencoba mengajarkan Islam secara berbeda kepada orang-orang
di sekitar kita jika kita bertujuan uuntuk mempertegas kebenaran yang sudah ada
di dalam Islam. Tapi jika kita salah memilih metode maka maksud dan tujuan yang
kita inginkan dari dakwah tersebut tidak akan tercapai, yang ada malah
sebaliknya selain dakwah kita gagal malah fitnah yang akan kita tuai dan hal
ini sekiranya sebisa mungkin harus dihindari oleh seorang da’i (pendakwah) atau
dengan makna yang lebih luas yaitu oleh seorang pendidik.
Seharusnya sebagai muslim kita bisa lebih bijaksana dalam
berdakwah, bisa lebih bijaksana dalam menyikapi setiap persoalan yang terjadi
di sekitar kita, hanya dengan kebijaksaanlah Insya Allah Islam yang rahmatan li’alamin akan dapat kita nikmati bersama dan
Islam serta Muslimnya benar-benar akan menempati posisi yang paling tinggi, paling mulia di
dunia dan akhirat.
Akhirnya penulis berharap agar kita semua senantiasa terus
belajar, belajar dan belajar agar kita dapat memahami Islam secara konperhensif
dan dapat mendakwahkan ajaran Islam kepada orang-orng disekitar kita secara
lebih bijaksana, sehingga orang Islam bisa semakin pede mengatakan bahwa hanya
Agama Islamlah yang paling tinggi yang tidak ada agama lainnya yang mampu
mengimbangi apa lagi menyaingi ketinggian agama Islam.
Dan setiap Orang Islam bisa “berteriak” di manapun ia
berada “Agamakulah yang paling
benar di rumah ini” “Agamakulah
yang paling benar di desa ini” atau
bahkan “Agamakulah yang paling
benar di dunia ini!” setelah
ia membandingkan dengan agama-agama lainnya yang ada diluar sana.”
Islam dibandingkan dengan Agama lainnya? Siapa takut?
Toh dilihat dari semua aspek kita tetap yakin Islamlah yang
paling benar dan paling menjamin bisa memberikan keselamatan bagi ummatnya
dunia dan akhirat jika kita telah dapat memahami islam secara benar dan konperhensif.
Wallahu a’lam bisshawaab!
Artikel terkait: