PILKADA
JAKARTA PERTARUNGAN POROS MEGAWATI-PRABOWO-SBY
Jakarta
- Pilgub DKI Jakarta akan diikuti tiga pasangan calon gubernur/calon wagub.
Para calon diusung 3 koalisi terpisah dengan dukungan terbesar dimiliki
petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat, sejatinja
pertarungan yang akan berlangsung di DKI adalah pertarungan poros
Mega-Prabowo-SBY
AHOK-DJAROT (POROS MEGAWATI)
Setelah
mengantongi dukungan tiga partai yakni NasDem, Hanura dan Golkar, kekuatan
calon pasangan ini bertambah dengan dukungan yang diberikan PDI Perjuangan pada
Selasa (20/9). Total kursi keempat fraksi di DPRD DKI mencapai 52 kursi.
Rinciannya PDIP (28 kursi), Hanura (10 kursi), Golkar (9 kursi) dan Nasdem (5
kursi). Pasangan Ahok dan Djarot juga punya tingkat keterpilihan teratas
berdasarkan hasil sejumlah survei. Dalam simulasi Poltracking diketahui
elektabilitas Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat (37,95%) bila
berhadapan dengan Anies Baswedan-Sandiaga Uno yang mendapatkan 36,38% suara
responden.
ANIS
BASWEDAN - SANDIAGA UNO (POROS PRABOWO)
Tersisa
koalisi dua parpol yakni Gerindra dan PKS yang merupakan Parpol utama yang
sempat mengkristal dalam Koalisi Merah Putih saat mengusung Prabowo-Hatta pada
pilpres 2014 silam. Meski paling kecil melihat intensitas kebersamaan dua
Parpol ini sepertinja kekuatan "kecil" ini sangat Solid, dengan 26
kursi koalisi ini sudah memenuhi syarat minimal 22 kursi untuk mengusung calon.
Gerindra memiliki 15 kursi dan PKS dengan 11 kursi.
AGUS
HARIMURTI YUDHOYONO-SLYVIANA MURNI (POROS SBY)
Calon
pasangan yang diumumkan saat injury time pendaftaran calon di KPUD DKI punya
dukungan 28 kursi dari total 106 kursi di DPRD DKI. Pasangan ini didukung PPP
(10 kursi), Demokrat (10 kursi), PKB (6 kursi), dan PAN (2 kursi). Namun belum
ada lembaga survei yang mensimulasikan duet Agus-Sylviana. Namun nama Sylviana
yang kini menjabat Deputi Gubernur DKI Bidang Kepariwisataan dan Kebudayaan
pernah disimulasikan namanya berpasangan dengan Budi Waseso pada survei yang
dilakukan Lembaga Survei Politik Indonesia (LSPI).Dari hasil survei simulasi
pada 22-28 Agustus 2016, LSPI merilis petahana Ahok-Djarot memuncaki peringkat
dengan hasil 46,7 persen mengalahkan nama lain yakni Yusril Ihza - Sandiaga Uno
(34,5 persen) dan Budi Waseso - Sylviana Murni (7,2 persen).
Kehadiran
Pasangan Agus-Sylvi telah merobah secara signifikan peta kekuatan politik dalam
pilkada DKI, bila sebelumnja diprediksikan hanja akan melibatkan Petahana
Ahok-Djarot versus satu kontestan penantang dalam hal ini dari poros #Prabowo
yang akan berhadapan satu lawan satu dengan poros #Megawati dengan jagoannja
Duet Ahok-Djarot, kini ternjata hadir satu poros lagi yang digawangin #SBY
dengan jagoannja Agus-Sylvi.
SBY
SEDANG MEMANASKAN MESIN POROS PILITIKNJA MENUJU PILPRES 2019.
Mengajukan
Agus adalah pertanda SBY sedang meretas jalan pulang menuju Istana, SBY sadar
Pilpres 2019 adalah kesempatan yang harus disambut dengan kondisi mesin partai
yang sudah panas, Poros megawati dan Poros Prabowo memang sudah siap untuk
Pilpres 2019, terlalu bodoh jika SBY tidak berfikir untuk kembali merebut 2019.
Pilkada
DKI "hanja" pemanasan, SBY sadar kemanapun ia berfihak dari dua poros
yang sudah pasti berkompetisi, ia tetap dianggap orang lain, ini kelanjutan
dari Pilpres 2014 di mana SBY memilih jalan sendiri tanpa berfihak ke poros
manapun.
Selain
itu SBY juga sadar dengan kondisi DKI sekarang membuat semua orang kembali
menerima AHOK adalah sesuatu yang mustahil, begitu pula berharap semua orang
termakan issu SARA yang terus digemborkan oleh golongan anti AHOK juga sangat
riskan, jika SBY terjebak dalam kubu anti AHOK dengan jualannja issu SARA ini
akan merusak CITRA SBY sebagai orang Nasionalis Moderat.
Daripada
bergabung dengan salah satu Poros yang sejatinja adalah rivalnja, ditambah lagi
dengan PILPRES 2019 yang semakin dekat, pilihan SBY memanaskan mesin politiknja
di pilkada DKI 2017 adalah sebuah pilihan yang sangat strategis, menang adalah
bonus, tetap diluar dua Poros rival adalah pilihan terbaik untuk prospek
politik jangka panjang SBY.
Masih
bilang SBY mengorbankan Agus demi ambisi kekuasaan? POLITIK itu adalah soal
bagaimana merebut, mempertahankan dan memperbesar kekuasaan itu sendiri, kursi GUBERNUR
tidak merupakan target untuk seorang mantan SBY yang pernah berkuasa dua
periode sebagai president.
Saya
anti Prabowo, juga tidak simpatik dengan Ahok, Andai saya punja hak pilih, saya
akan berada di barisan CIKEAS, karena SBY berani mendukung Irwandi Yusuf? Iya
salah satunja itu!