NUR
DJULI: ACEH AKAN MAMPU SAINGI MEDAN
Terkait dengan persaingan dengan Medan, Nur Djuli salah seorang
anggota tim juru runding GAM di Helsingki dan juga Politisi Partai Nasional
Aceh (PNA) berpandangan bahwa jika dapat dikelola dan diberikan wewenang yang
didasari dengan penuh kejujuran maka Aceh akan mampu bersaing dengan Medan
“Aceh sanggup bersaing dan jauh lebih attractive dari Medan tapi on even level
playing field. Arena persaingan harus jujur, tidak dijegel kaki dari belakang,
atau boxing dengan tangan diikat ke belakang. Coba lihat persaingan Singapura dengan Malaysia.” Demikian kata Nur
Djuli. Ini artinya selama ini yang menyebabkan Aceh tidak bisa berkembang
dengan maksimal karena ada pihak tertentu semisal Jakarta yang tidak iklas
melihat Aceh maju, sehingga dalam berhubungan dengan Aceh selalu dilandasi
dengan ketidak jujuran.
Lebih lanjut dia juga membandingkan dengan perbandingan antara
Malaysia dengan Singapura “Dulu semua import Malaysia diturunkan kapal-kapal
container besar di Singapura dan diangkut dengan kereta api dan truck ke
destinasi di kota-kota malaysia. Otomatis barang-barang produk luar negeri
lebih murah di Singapore dari di Malaysia. Orang Malaysia berbondong-bondong
shopping ke Singapore. Kemudian Mahathir membangun pelabuhan raksasa dan super
moderen di Pasir gudang, Johor dan di Port Klang, selangor, biaya birthing
kapal dan bunkering jauh lebih murah di Johor dari Singapur . Maskapai kapal
kargo terbesar di dunia, maersk line. terus pindah dari Singapore ke Pasir
Gudang. Orang malaysia tidak lagi shopping di Singapore, bahkan Malaysia
menjadi shopping paradise negara-negara tetangga. Turis jepang bahkan beli
kamera buatan Jepang di Malaysia” ini mengindikasikan jika kita Aceh mampu
mengelola pelabuhan laut dan Bandar udara dengan baik, tentunya juga harus
mampu melobi pemerintah Jakarta untuk mendapatkan kewenangan yang lebih besar,
agar upaya pengembangan tersebut bisa berjalan dengan maksimal, sehingga pada
akhirnya kita mampu menyaingi Medan, barang yang langsung masuk ke Aceh dari
luar baik melalui udara maupun via transportasi laut pasti akan lebih murah
atau setidaknya akan bisa dibeli dengan harga yang sama dengan medan, bukan
seperti sekarang orang Aceh beli barang harus ke Medan dulu, sehingga ketika
dibawa ke Aceh sudah tentu harganya akan lebih mahal dari medan, daerah dan
akan sangat di untungkan jika kita bisamelepaskan diri dari ketergantungan dari
Medan dan hal ini akan lebih mudah terwujud jika kita Aceh mampu memaksimalkan
bandara dan pelabuhan tersebut.
“Kalau Aceh mau bersaing dengan Medan, maka pelabuhan-pelabuhan
Aceh harus dihidupkan. Ini sebabnya kami masukkan poin tentang komtrol atas
pelabuhan lapangan udara dalam MoU. Krueng Geukuh bisa menerima kapal barang
hingga 10 000 ton, tetapi kenapa hasil bumi Aceh, mulai dari kelapa sawit,
pinang, kelapa hingga ke nilam harus diekspor melalui Belawan? karena tidak ada
kapal yang berani ambil barang direk dari Aceh, akan diboikot oleh Medan. Kalau
pemerintah Aceh, terutama Bappeda, tidak sedar akan hal ini dan selalu
menyalahkan diri sendiri, kita harus begini harus begitu, sampai kiamatpun Aceh
akan tetap bergantung pada Medan. Lambat supply datang dari Medan, kita
kelaparan” demikian pungkas Nur Djuli.
Akankah Aceh mampu bersaing dengan Medan?
Semua tergantung kita...