Morse Certa Hora Incerta!
(Mati itu pasti, kapan dan di mana adalah rahasia)
Ehsan Elahi itulah sosok anak manusia yang berhasil terhindar dari maut setelah
"berusaha" keras menahan rasa sakit untuk tidak menjerit. Ia salah
satu saksi mata semua pembantaian di sekolah Angkatan darat di Pakistan
beberapa waktu lalu, Ehsan menceritakan bagaimana ia bertahan hidup dengan
pura-pura mati setelah ditembak dua kali di lengan, ketika militan menembaki
mereka di kelas. Mengubah ruangan menjadi kolam darah dan lokasi kematian. Dari
ranjang rumah sakit, murid kelas
delapan itu mengatakan ia diajarkan pertolongan pertama oleh instruktur militer
di aula utama, ketika ia mendengar suara tembakan lebih dekat."Guru dan
instruktur kami meminta kami untuk tenang, tapi suara peluru mulai mendekat dan
terus terdengar lebih dekat. Pada menit berikutnya, kaca jendela dan pintu aula
terkena tembakan peluru. Beberapa orang mulai menendang pintu aula," tutur
dia. Situasi panik pun melanda sekitar 100 siswa yang tengah berada di aula
saat pembantaian massal itu terjadi."Semua orang berusaha untuk menemukan
tempat untuk bersembunyi, tapi tidak ada tempat seperti itu di aula. Para siswa
lalu menangis dan terus menangis sejadi-jadinya," ungkap Elahi."Hanya
ada kursi dan bangku-bangku untuk bersembunyi di balik di aula. Aku melompat ke
belakang bangku dan tiarap," tambah dia. Lalu para penyerang menyerbu
masuk dan mulai menghujani para siswa dengan peluru."Aku melihat
instruktur militer jatuh pertama kali. Lalu banyak temanku yang tertembak di
kepala, dada, lengan dan kaki. Semua itu terjadi tepat di depan mataku. Bagian
tubuh dan darah mereka muncrat seperti potongan-potongan kecil kapas di ruang
kelas," tutur remaja 13 tahun itu."Darah hangat dan serpihan daging
teman-temanku muncrat ke wajah dan bagian lain tubuhku. Itu mengerikan. Mereka
terus menembakkan peluru sekitar 10 menit dan baru berhenti"."Satu
menit kemudian hening. Detik berikutnya, mereka mulai menembakkan peluru ke
arah anak-anak yang menangis kesakitan atau terlihat bergerak. Aku juga
tertembak dua peluru di lengan kanan." "Aku ingin menangis keras, tapi
aku menahan rasa sakit dan tidak menangis, karena itu berarti kematian akan
menjemputku."Lalu aku pun diam sejadi-jadinya. Seolah-olah menjadi
jenazah, hingga diselamatkan oleh tentara Pakistan."Setelah sekitar 15
menit, aku mendengar beberapa tembakan dari luar. Aku pikir tentara mencapai
sekolah dan mengalihkan perhatian para penyerang.""Mereka (penyerang)
berlari keluar dari aula. Tapi, aku tidak bergerak atau menangis selama 10
menit hingga tentara menyelamatkanku."Saat dievakuasi, Elahi mengaku
melihat pemandangan mengerikan di sekolahnya itu. "Aula telah berubah
menjadi kolam darah dan lokasi kematian. Darah manusia, daging dan bagian tubuh
berserakan di mana-mana."
Nah sebagai seorang muslim tentunya kita wajib percaya pada
takdir, termasuk takdir kapan maut akan menjemput kita, jika Allah belum
menghendaki kita meninggal maka desingan peluru atau ancaman bom sekalipun
tidak akan bisa menggiring kita ke "kuburan". Mati hanja sekali Allah
SWT berfirman:“Sesungguhnya kamu akan mati
dan sesungguhnya mereka akan mati (pula)”. (Surat Az Zumar: 30).,
kapan dan di mana itu adalah rahasia, sebelum ajal menjemput Allah senantiasa
menjediakan kesempatan kita untuk bertaubat dan mendekatkan diri
kepadanja Allah Ta’ala berfirman:
“Katakanlah: ‘Hai
hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlan
kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa
semuanya. Sesungguhnya Dialah yang maha pengampun lagi Maha penyayang.” (Az-Zumar: 53)..
mati tak bisa dihindari tapi kita bisa mempersiapkan diri untuk
menjadi orang yang bahagia setelah mati. Fastabiqul khairaat!