2017 adalah tahun di mana rakyat Aceh akan memberikan keputusan kepada siapa Aceh ini akan dipercayakan? Kemana rakyat Aceh ingin dibawa.
Ada beberapa sosok yang sudah mengajukan diri atau diajukan oleh Parpol atau Kalangan masyarakat tertentu, sebut saja nama Wagub Aceh yang sedabg menjabat yaitu Muzakkir Manaf yang sempat mengklaim telah mendapat dukungan dari Partai Aceh plus semua Parnas meskipun hanya dalam bentuk komitment yang sama sekali tidak bisa dipegang.
Selain Muzakkir Manaf ada nama Irwandi Yusuf yang pernah memimpin Aceh pasca damai dan bencana Tsunami pada periode 2006-2011 yang dari beberapa Survey yang sempat dirilis terlihat masih sangat dirindukan dan dipercaya oleh para voters.
Ada juga nama Incumbent Zaini Abdullah yang mengklaim mendapatkan dukungan dari kalangan tua seperti Eks Libya dan beberapa tokoh di Pidie, meskipun sedang termehek-mehek dalam memimpin Aceh setelah terlibat Konflik berkepanjangan dengan wakilnya Muzakkir Manaf.
Nama Lainnya seperti Zakarya Saman, Tarmizi A Karim dan juga mantan pembesut Partai Bersatu Aceh dari clan Ayah Hamid Samalanga yaitu Ahmad Farhan Hamid yang dicalonkan oleh Partai Amanat Nasional.
Nah terlepas dari nama yang telah disebutkan di atas tentunja rakyat Aceh juga punja pandangan mading-masing terkait dengan sosok pemimpin yang diharapkan memimpin mereka selama 5 tahun kedepan terhitung sedari 2017-2022.
Diskusi demi diskusi terus berlangsung, mulai dari tempat paling sederhana semisal Jambo Blang, Warung Kopi hingga ke Ruangan Hotel berbintang sekalipun. Seakan tidak ingin kembali gagal memilih orang yang tepat seperti pengalaman yang sudah-sudah, rakyat Aceh terus mendiskusikan terkait kriteria yang mereka inginkan. Pembicaraan terkait hal ini bukan hanya melibatkan Elit Parpol tapi juga pencari tiram dan penanam cabe pun ikut memikirkan dan mendiskusikan akan bagaimana kriteria yang diinginkan.
Dalam prosesi mencari pemimpin tersebut Partai NasDem Aceh tetlihat memilih jalan berbeda dengan Parpol lainnya, jika pertai lain langsung berbicara Nama yang akan diusung, Partai NasDem Aceh memilih untuk mendiskusikan soal kriteria yang diharapkan oleh rakyat Aceh, berbagai pandanganpun dilontarkan dalam diskusi kusus bertema "Aceh Mencari Pemimpin" misalnya yang disampaikan Adi Laweung "Pemimpin Aceh Kedepan harus berani melawan intervensi".
Sementara itu dalam kesempatan lain salah satu orang dekat Hasan Tiro yaitu Nur Djuli yang mengemukakan pandangan terkait sosok yang diharapkan jadi pemimpin Aceh kedepan adalah Sosok yang mau dan bisa melihat realitas, mau berdiskusi untuk memperbaiki keadaan yang dianggap belum sesuai harapan dan juga mau berdiskusi terkait bagaimana upaya untuk membawa Aceh ke arah yang lebih baik serta mau menjadi pioner alias yang terdepan untuk mewujudkan cita-cita tersebut, bukan sosok yang merasa paling tau dan mengabaikan orang lain.
Nur Djuli menjelaskan bahwa "Pemimpin yang baik adalah yang bisa mengajak grupnya (apakah keluarga, perusahaan, persatuan atau negara) untuk melihat realitas yang ada dan bagaimana grup tersebut secara bersama menghadapi tantangan realitas yang dihadapi melalui diskussi, dan tindakan yang terorganisir, apakah realitas itu kemakmuran (bagaimana menggunakan dan mempertahankannya), kemiskinan, atau krisis (bagaimana mengatasinya). Pemimpin yang berkata: "Aku tau jalannya, ikut aku", adalah pemimpin palsu.
Para Rasul selalunya berdakwah (mengajak), untuk melihat keadaan disekeliling yang ada, mengapa menyembah patung itu pekerjaan bodoh. Kalau orang bertanya pada Muhammad Rasullullah, saw, beliau sendiri merefer kepada Allah lebih dahulu sebelum menjawab. Beliau tidak menyuruh tetapi memberi contoh".
Terlepas dari beragam pandangan tersebut tentunya rakyat Aceh tetap berdaulat penuh untuk memilih sosok pemimpin yang benar benar dapat menjadi solusi atas persoalan yang sedang menghantui Aceh, baik itu kemiskinan, tingginya peredaran narkoba, kurangnya lapangan kerja, serta berbagai persoalan lainnya yang mengantarkan Aceh ke posisi ke 6 termiskin se Indonesia dan nomor 2 di sumatera yang berbanding terbalik dengan besarnya Uang yang mengalir ke Aceh baik melalui Otsus maupun APBA.
Semoga rakyat Aceh tidak salah lagi dalam memilih pemimpin untuk ke dua kalinya, hanya keledai yang sersungkur di lubang yang sama lebih dari satu kali.
Aceh Milik Kita Semua.